cemburu

969 31 1
                                    

Tekan tanda ⭐ dipojok kiri bawah untuk bisa melanjutkan part ini

************************************

Tok..tok..tok..

"Permisi dok,"

Dokter yang awalnya masih sibuk dengan tumpukan berkas menoleh menatap sekilas gadis yang berdiri di ambang pintu.

"Boleh saya masuk?"

"Oh ya silahkan."

Raline menghela nafas menilik setiap ruangan berbau antiseptik. Tatapannya tertuju pada poster papan anatomi manusia. Dadanya terasa ngilu melihat replika jantung rusak yang terdapat di etalase.

"Ada yang bisa saya bantu?"

Raline gelagapan mendengar suara dokter, fokusnya langsung terpecah.

"Saya Raline putri Michael Joozher, saya ingin bertanya tentang riwayat penyakit ayah saya."

Dokter menghela nafas pelan, meletakan ballpoint kemudian menatap Raline sekejap. Dari sorot matanya terlihat rasa penasaran yang besar namun takut untuk mengungkapkan.

"Apa ibu Yeslin Joozher tidak memberi tahu mu?"

Raline hanya menggeleng pelan yang diikuti senyum tipis dari sang dokter.

"Tuan Michael mengalami gangguan jantung kongestif, yang menyebabkan jantung berhenti berdetak dalam waktu singkat."

"Namun jantung akan kembali normal setelah mendapat pertolongan."

Penjelasan dokter membuat Raline terdiam, nafasnya berhenti sepersekian detik mendengar penjelasan rumit itu. Ia berusaha mengontrol diri untuk tetap berfikir positif jika ayahnya bisa sembuh.

"Apa bisa disembuhkan dok?"

Dokter mengangguk, "Bisa dengan melakukan transplantasi jantung."

"Selain itu apa ada cara lain?"

"Ada, namun pasien akan sering keluar masuk rumah sakit Juga akan tergantung dengan obat-obatan."

Penjelasan yang mampu membuat siapa saja terdiam, Raline hanya bisa menghela nafas berkali-kali dengan mengusap jejak air yang ada di sudut mata.

"Kalau boleh saya tahu, berapa kira-kira biaya yang harus kami keluarkan untuk menjalani transplantasi jantung?"

"Emmm sekitar lima miliar."

"Lima miliar?"

"Benar, itu pun memerlukan waktu untuk mencari pendonor yang sama."

"Terima kasih dok atas penjelasannya, kami akan usahakan untuk kesembuhan ayah."

"Sama-sama,"

Raline keluar dengan air mata yang telah membanjiri pipi. Dia hanya bisa duduk di kursi ruang tunggu memikirkan semua penjelasan dokter.

Bagaimana aku mendapatkan uang sebesar itu?

Sejak tadi yang ada di pikiran Raline hanya cara untuk mendapatkan uang. Raline tidak ingin membebani Yeslin mengingat rumah produksi ayahnya sedang mengalami masalah keuangan.

Sedang dirinya masih berstatus sebagai pelajar, yang tidak semua orang bisa menerimanya sebagai pegawai.

--

Diruang berbeda, Kenzi menatap ayahnya yang masih terbaring tidak sadarkan diri dengan alat menempel di beberapa bagian tubuh.

Sudah dua hari, Michael tidak menunjukan perubahan apa pun.

"Mama, bagaimana kata dokter?"

Yeslin enggan berbicara, dia hanya bisa menatap wajah suaminya dengan pasrah.

TogetheRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang