pertanyaan

1.2K 46 4
                                    

************************************

Kesan pertama saat menginjakan kaki di depan rumah Alana adalah rasa takjub, Raline di buat melongo melihat bangunan luas nan mewah itu. Pantas saja Alana menjadi gadis terpopuler di sekolah.

Selain cantik dan pintar Alana juga kaya raya yang membuat namanya tidak pernah surut meski banyak gadis cantik di RCkefeller school.

"Raline."

Panggilan tiba-tiba berasal dari depan, Alana lebih dulu sampai di pintu utama menunggu sahabatnya untuk masuk.

"Malam ini kamu tidur disini ya?"

Raline menggeleng, dia tidak bisa menginap di rumah orang yang baru di kenal. Ayahnya akan khawatir jika Raline tidak pulang.

"Aku belum minta izin,"

"Aku yang minta izin, bagaimana?"

"Tidak perlu Al, sebaiknya aku pulang saja."

Wajah Alana cemberut karena permintaannya ditolak. Padahal ia berharap memiliki teman wanita yang bisa menginap di rumahnya kapan saja, bertukar cerita sambil memanjakan diri dan berbelanja seperti para sahabat yang lain.

"Duduk dulu Ral, aku ganti baju nanti kita pergi sama-sama."

"Kamu mau mengantarku?"

Alana mengangguk antusias,

Raline menolak halus dengan gelengan kepala dan senyum tipis, "Aku bisa pulang pakai bus."

"Raline, ini sudah malam. Tidak baik seorang gadis pergi sendirian."

Raline menyerah, dia buka tipe wanita yang pandai berdebat dengan sesama. Hanya dengusan pelan yang mewakili melihat punggung Alana naik ke lantai dua.

Sambil menunggu Alana ganti baju, Raline melihat-lihat beberapa bingkai foto yang terpasang diatas meja kayu.

Sebuah foto yang memamerkan senyum bahagia dua anak kecil bergandeng tangan. Di samping mereka juga berdiri orang tua masing-masing yang juga ikut memamerkan senyum kebahagiaan.

Raline iri melihat senyum dua anak kecil dalam bingkai tersebut. Mereka memiliki orang tua lengkap yang bisa di banggakan, sedang Raline hanya memiliki ibu.

Meski hanya ibu tunggal, Rosalin adalah wanita kuat karena bisa membesarkan Raline seorang diri tanpa adanya pria yang bertanggung jawab atas kehidupan mereka.

"Yuks berangkat."

Suara Alana membuat Raline terjengkit kaget, cepat-cepat genangan air mata ia singkirkan agar Alana tidak tahu jika Raline hampir menangis.

Mereka berdua memasuki mobil Alana di temani sopir pribadi di rumahnya.

---

Raline menghela nafas kasar setelah sampai di depan rumah. Bayang-bayang kemarahan ibu tirinya ada di depan mata, tubuhnya gemetar saat tangan mulai menyentuh gagang pintu.

Wajah Raline mulai pucat melihat Yeslin berada di ruang tamu sedang membaca majalah. Di sebrang sofa ada Kenzi yang duduk memainkan ponsel dan kedua kaki diatas meja.

Perlahan langkah Raline mendekati anak tangga tanpa menoleh pada ibu dan anak yang masih sibuk dengan semua aktifitas masing-masing.

"Berhenti disana!"

TogetheRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang