mimpi buruk

528 33 0
                                    

Tekan tanda ⭐ dipojok kiri bawah untuk bisa melanjutkan part ini!!!

************************************

"Jalan." Perintah Reyn pada sopir taxy

Mobil melaju cepat berbaur dengan kendaraan lain dengan suasana sore yang menenangkan dan pemandangan matahari yang hampir tenggelam.

Reyn menatap keluar jendela memandangi bangunan kokoh menjulang tinggi di setiap badan jalan.

Ia teringat saat kecil dulu sering kali berkeliling kota di temani sang ayah. Menghabiskan waktu hingga tertidur di pangkuan. Sungguh Reyn merindukan saat-saat seperti itu.

"Tuan, kemana lagi tujuan anda?"

Suara sopir taxy membangunkan lamunan tentang masa lalu, Reyn mengambil ponsel mengecek tempat penginapan disekitar sana.

"Di depan belok kanan."

Tatapan Reyn teralihkan pada wallpaper yang menunjukan foto dirinya juga Raline. Tak lupa senyum ketulusan itu terpancar dari wajah keduanya seolah beban di pundak sedikit berkurang.

"Aku janji akan tetap bersama mu apa pun keadaannya nanti."

Reyn tidak ingin menjadi pecundang seperti dulu yang hanya bersembunyi di belakang nama sang ayah.

"Kita sudah sampai tuan."

Reyn mengangguk, turun untuk mengambil koper dibantu sang sopir.

Dia mengeluarkan dua lembar uang dan membayar jasa sopir yang telah membantunya mengangkat barang-barang.

Beruntung di dalam dompet masih ada sisa uang yang bisa digunakan untuk beberapa hari. Reyn benar-benar harus berhemat untuk keberlangsungan hidupnya.

"Reservasi atas nama tuan Reynald," sapa resepsionis setelah Reyn menunjukan identitas.

"Ya,"

"Kamar anda di lantai dua nomor lima, dan ini kuncinya."

"Terima kasih."

Penginapan satu-satunya dengan harga terjangkau, meski fasilitas tidak semewah hotel tempat biasa ia menginap tetapi lumayan untuk di tempati.

Reyn menghela nafas pelan duduk di ranjang menatap seisi kamar. Ruangannya tidak terlalu besar hanya ada single bed, lemari dan kamar mandi. Cukup murah untuk ukuran negara maju seperti California.

Beberapa notifikasi pesan dari beberapa orang membuatnya sakit kepala, pesan berantai terus muncul. Reyn memilih menonaktifkan dari pada istirahatnya terganggu.

---

Malam hari Reyn tiba-tiba terbangun dengan nafas tersengal dan keringat dingin bercucuran, ia baru saja mengalami mimpi buruk setelah sekian lama tidak pernah mengalaminya.

Untung saja masih ada sisa air minum dari botol kemasan yang bisa menyelamatkan tenggorokan dari kehausan. Reyn duduk di pinggiran ranjang mengacak rambut serta mengusap wajahnya.

Reyn bermimpi ada seseorang yang mengganggu Raline di sebuah lorong asing yang gelap. Disana Raline berteriak meminta tolong karena komplotan pria bersenjata mengejar dan berusaha membunuhnya. Reyn tidak bisa tenang sebelum mengecek keadaan Raline.

Kekhawatiran semakin menjadi saat ponselnya kehabisan baterai. Reyn mengerang kesal menuju mengemasi beberapa barang sebelum menyusul Raline ke tempat kerja.

Lima belas menit kemudian, Reyn sampai di club red house. Langkah panjangnya memasuki club tersebut tidak mempedulikan panggilan Grace.

"Raline," wanita yang ada di meja bar menoleh,

TogetheRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang