~Devan Atarangi Arfaenza~
Lelaki yang sejak balita sudah berteman baik dengan apa itu luka. Dan penyumbang luka terbesar adalah orang-orang disekelilingnya. Terlebih Rea Agustina. Maminya sendiri.
Sosok yang harusnya menjadi malaikat pelindung, justru berubah menjadi Monster menakutkan yang sewaktu-waktu siap menyerangnya.
Namun tidak bisa dipungkiri, Atta sudah dituntut untuk berfikir dewasa melebihi anak seusianya. Dan perlahan Atta mulai paham mengenai apa yang sebenarnya terjadi.
"Mas! Atta juga anak kamu! Tolong luangin sedikit waktu yang kamu punya untuk dia!" geram Rea yang merasa bahwa ucapannya selalu dianggap seperti angin lalu. Lagi dan lagi oleh sosok pria didepannya.
"Iya saya tau! Tapi tolong mengerti Rafael sedang butuh saya sekarang!"
"Rafa! Rafa! Rafa terus yang ada difikiran kamu! Ingat Mas kamu punya dua anak kalau kamu lupa!" sentak Rea mulai kehabisan kesabarannya.
Atta bocah berusia 7 tahun itu mendengar jelas sebuah perterngkaran diruang keluarga bawah.
Bisa Atta tebak siapa kedua tokoh pemerannya, yups Mami dan Papinya sendiri.
"Berhenti!" gumam Atta lirih, sambil menutup kedua telinganya bertujuan agar tidak dapat mendengar suara apapun dilantai bawah.
Atta memang tengah berada di kamarnya sekarang! Dilantai dua. Hanya saja suara teriakkan yang bersahut-sahutan mampu dengan jelas dia dengar.
Tubuh mungil itu bergetar ketakutan. Ini bukan kali pertama namun rasanya tetap sama. Menakutkan.
"Aden" Sutin pembantu keluarga Alfaenza mendekat kearah majikannya. Seorang anak tak berdosa yang justru menjadi korban keegoisan kedua orang tuanya.
"Bibi" isak Atta dengan tangis yang kian pecah.
Bocah malang itu memeluk tubuh wanita yang terlihat sudah berumur. Menyembunyikan badan mungilnya dibalik pelukan Sutin bermaksud untuk mencari ketenangan."Aden jangan takut ya, ada Bibi disini jagain Aden!" ujar Sutin lembut mencoba menenangkan Anak majikannya.
Sutin sendiri kerja sudah cukup lama di rumah itu, bahkan dari Rea hamil Atta. Sutin paham betul mengenai konflik keluarga yang menimpa Atta.
"Sekarang Aden tidur ya, udah malem. Besok berangkat pagi harus sekolah!" suruh Sutin menuntun tangan mungil Atta, menuju ranjang berukuran king size.
Besok tepat hari pertama Atta memasuki bangku sekolah dasar. Dan Sutin tidak mau Atta terlambat ke sekolah.
Ditatapnya wajah damai Atta yang terlelap, hati Sutin ikut merasa sakit. Anak seusianya yang harusnya dipenuhi kebahagiaan namun tidak dengan Atta. Terlalu banyak luka yang datang dan menyerangnya tanpa pernah bisa dicegah.
"Ya Allah Den, Aden Atta yang sabar ya! Bibi harap kebahagiaan akan segera datang menghampiri Aden." ujar Sutin seraya mengusap jejak air mata di pipi Atta.
*******
Pagi hari tiba, Rea saat ini tengah berusaha membangunkan anak tunggalnya. "Atta bangun sayang!"
"Udah siang, nanti kamu terlambat kesekolahnya!" kata Rea sambil menarik selimut yang menutupi seluruh tubuh mungil Anaknya.
"Atta masih ngantuk Mi" racau bocah itu merasa tidurnya terganggu.
"Ayo bangun dulu ih!" gemas Rea sambil mencium pipi Atta, merusaha menganggu tidurnya.
"Bangun, jagoan Mami nggak boleh males!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Memories of Little Atta [SELESAI]
General Fiction#Belum Revisi. #Prekuel Of Atarangi. Memori Atta kecil. "Mami, Papi punya Atta juga'kan? Kenapa sama Rafa terus? Sama Attanya kapan?" -Atarangi- seperti namanya yang berarti langit pagi! Dia merindukan setitik cahaya, setelah sekian lama terkurung d...