Kaki mungil Atta melangkah, mengelilingi sekolah, guna mencari tau setiap sudut dari sekolah tempat barunya.
Hingga sekarang dia mulai terdampar di salah satu ruangan yang bisa dibilang akan menjadi ruang kelasnya selama satu tahun kedepan.
Atta melangkah memasuki kelas, memilih salah satu bangku yang masih kosong untuk dia duduki. Setelah dirasa menemukan apa yang dia cari, tanpa membuang waktu dirinya segera menuju bangku pojok kiri dekat jendela dan paling belakang.
Bocah itu duduk, seraya mengamati teman-teman barunya yang mulai berdatangan. Hingga seorang cewek dengan rambut di kepang memasuki kelas. Membuat perasaan marah seketika hadir menyelimuti perasaan Atta.
"SHENA!" gumam Atta geram.
Yups Shena Aquella Alzaetta, merupakan sosok cewek dengan muka manis namun segitu dibencinya sama Atta, Atta merasa kedatangan Shena sebagai ancaman buat dirinya mengambulkan permintaan Rea. Agar dirinya bisa jadi yang pertama.
Mereka dulu satu sekolah, dan untuk mengeser peringkat Shena bukanlah hal yang mudah. Shena 2 tahun berturut-turut mendapat penghargaan sebagai siswi terbaik satu angkatan. Hal itu tentu membuat amarah Atta memuncak.
Shena cewek yang barusan memasuki kelas juga mulai memandang Atta dengan perasaan takut yang luar biasa, dia takut kenangan buruknya waktu TK akan terulang lagi karena cowok itu.
Shena sendiri tidak tau apa yang membuat Atta segitu benci dengan dirinya, Shena bukan orang yang suka mencari masalah dengan anak lain. Bahkan selama ini dia diam saat teman-temannya membullinya.
Dengan tubuh bergetar dan langkah yang terasa berat Shena menuju bangku paling depan dan segera mendudukkan dirinya disana.
"Kamu mau main-main dengan Atta Shena?" geram bocah itu menatap Shena sinis.
Dalam hati Atta bergumam, "Kenapa kita harus satu sekolah lagi? Dari sekian banyak sekolah di Jakarta kenapa Starliz yang harus kamu pilih?"
"Mami, maafin Atta! Sepertinya Atta bakal gagal lagi buat jadi yang pertama seperti yang Mami mau," lirihnya mulai gusar.
"Shena bukan orang yang bisa diremehin mengenai kemampuan otaknya."
Mereka berdua sama-sama jenius. Dan Atta menggangap Shena sebagai murid yang ngga bisa dianggap sepele.
Atta dan Shena merupakan dua orang dengan kepribadian yang sangat berbeda Atta yang friendly mudah bergaul. Berbanding terbalik dengan Shena yang termasuk murid pendiam.
Jam istirahat pun tiba, Shena hanya diam mematung duduk dikursinya tanpa berniat keluar dari kelas. "Kalian kenapa?" tanya gadis itu penuh ketakutan.
Shena mengamati teman-teman sekelasnya, yang tengah menatap dirinya dengan pandangan penuh intimidasi. Seolah Shena adalah Virus berbahaya yang harus dijauhi.
"Atta bakal bikin kamu nggak betah, dan milih pindah dari sekolah ini Shena!" gumam Atta mengamati Shena dari balik pintu yang sedikit terbuka.
"Shena nggak punya Mama ya?" celetuk seorang bocah perempuan dengan jepit kupu-kupu dirambutnya.
Deg!
Perasaan tidak enak menyelimuti perasaannya kali ini. Shena hanya bisa menundukkan kepalanya dalam-dalam. Merasa ketakutan untuk sekedar memandang wajah teman sekelasnya.
"Jawab! Shena nggak punya mulut juga!" sentak bocah lainnya yang terlihat lebih tinggi dari Shena.
"Iya Shena nggak punya Mama" balas Shena dengan nada bergetar.
"Kok bisa sih nggak punya Mama? Stella punya Mama, Dilla juga punya Mama, Vina juga! Kenapa Shena sendiri nggak punya Mama?"
Dengan nada berbisik seseorang menyaut. "Sssyyuuutttt! Mama Shena meninggal gara-gara ngelahirin Shena" seolah dia mengatakan agar Shena tidak dengar. Namun volume suaranya sengaja dia keraskan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Memories of Little Atta [SELESAI]
General Fiction#Belum Revisi. #Prekuel Of Atarangi. Memori Atta kecil. "Mami, Papi punya Atta juga'kan? Kenapa sama Rafa terus? Sama Attanya kapan?" -Atarangi- seperti namanya yang berarti langit pagi! Dia merindukan setitik cahaya, setelah sekian lama terkurung d...