3-Mobil-mobilan.

510 17 0
                                    


Atta bergegas turun kebawah! Pasti Maminya tengah menunggunya sekarang. Sebelum turun Atta menyempatkan diri untuk berkaca terlebih dahulu. "Eummm udah kece!" ujarnya sambil menaik-turunkan alisnya. Bocil satu ini emang beda dari yang lain.

Tanpa membuang waktu Atta menghampiri Rea, dia mendudukan pantatnya disalah satu kursi. "Segini cukup?" tanya Rea saat sedang mengambilkan nasi.

"Lagi Mami Atta laper poll, tadi istirahat nggak kekantin." celetuknya saat merasa porsi nasi dipiring itu masih kurang untuk perut mungilnya.

"Okey!" sahut Rea dengan kekehan.

Dipandanginya wajah Atta, bayi yang 7 tahun lalu dia lahirkan sekarang sudah tumbuh besar. Rea menatap Atta dengan pandangan bersalah. Terlalu banyak dosa yang sudah dia perbuat kepada buah hatinya.

Jujur ini di luar kendalinya, Rea hanya ingin semua yang terbaik untuk Atta. Ya walaupun dia sadar jika yang selama ini Rea lakukan adalah sebuah kesalahan.

Rea hanya ingin Atta mendapatkan haknya, mendapatkan kasih sayang yang sama besarnya dengan Rafa dari Dave.

"Mami kenapa melamun? Mami nggak makan?"

"Ah engga, ini Mami seneng lihat Atta lahap banget makannya" ujar Rea.

"Atta" dengan nada rendah Rea memanggil putranya.

Merasa terpanggil, Atta menoleh memandang tatapan sayu Maminya. "Iya Mami kenapa?"

"Kalau suatu saat Mami pergi, Atta harus jadi anak kuat ya! Nggak boleh lemah"

"Mami mau ke mana? Atta ikut! Atta mau nemenin Mami"

"Atta sini aja sama Papi,"

Atta menggelengkan kepalanya bruntal. "Yang Atta punya cuma Mami! Papi aja nggak inget kalau ada Atta. Pokoknya Mami harus janji, Mami nggak boleh ninggalin Atta! Atau Atta bakal marah besar dan nggak mau maafin Mami!"

Rea memandang Atta dengan tatapan berkaca-kaca. Diraihnya tubuh mungil Atta masuk kedalam pelukannya. Rea menciumi puncak kepala Atta berkali-kali. "Mami sayang banget sama Atta!"

"Atta juga sayang sama Mami, Atta janji Atta bakal jagain Mami, Atta nggak bakal pernah Rela Mami disakitin sama Papi!" batin bocah itu. Dia tau dia juga faham apa yang sebenarnya terjadi sekarang.

Malampun tiba, jam menunjukkan pukul 22:00,  namun Atta masih sibuk dengan tumpukan buku didepannya. Enggak bukan PR atau tugas sekolah yang dia kerjakan. Tapi tumpukan buku kelas 3 SD yang sedang dia pecahkan.

Atta begitu berambisi dalam mengalahkan Shena, tujuannya satu bukan nilai yang dia kejar. Namun kebahagiaan Rea. Atta hanya ingin memenuhi janjinya kepada wanita itu.

30 menit berlalu dan sekarang bocah itu tengah membereskan kekacauan meja belajarnya. "Demi Mami!" ujar Atta bertekad.

"Huft" dia menghela nafas kasar. "Kata Mami kalau Atta bisa depet peringkat satu kaya Rafa, Papi bakal sayang sama Atta. Apa kasih sayang orang tua cuma bisa dibeli pakai nilai ya" gumamnya sendu, lengkap dengan tatapan mata kosongnya.

Bohong kalau Atta bilang dia baik-baik aja selama ini. Dari pertama masuk sekolah Rea sudah menuntutnya untuk bisa jadi yang terbaik.

Dan Atta merasa kewalahan akan hal itu. Ditambah lagi Dave Papinya yang terlihat jelas memperlakukan dirinya berbeda dengan dia memperlakukan anaknya yang lain. Lebih tepatnya anak dari istri keduanya.

Rafael Falentino Arfaenza. Dia merupakan saudara tiri Atta, usia mereka hanya terpaut beberapa bulan. Lebih tua Rafa 5 bulan.

Rea memang istri pertama Dave, namun Rea pernah keguguran 2 kali, dan yang ketiga itulah Atta. Masalah orang dewasa yang terlalu pelik! Namun otak mungil Atta dipaksa untuk mampu mencerna dan memahaminya.

Memories of Little Atta [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang