28- Tawaran

237 14 0
                                    

Atta baru saja bangun, masih dengan muka bantalnya dia berjalan menuruni tangga, kebetulan ini hari Minggu, jadi dia bisa sedikit bermalas-malasan untuk tidak mandi sepagi biasanya.

Bocah dengan pakaian piyama itu mendudukkan dirinya di meja makan. Sesekali dia menguap juga matanya yang sedikit berkaca.

"Atta masih ngantuk, tapi laper," ocehnya sambil meletakkan kepalanya di atas meja. Kedua kelopak mata Atta kembali terpejam. Hingga kekehan seseorang mampu menarik perhatian dia.

Atta mengangkat kepalanya, bermaksud memastikan sesuatu. Ke dua matanya seketika melotot sempurna. Dengan segera menelisik seseorang, bermaksud memastikan jika indra penglihatannya tidak salah menangkap objek.

"Hallo jagoan," sapa lelaki itu, dengan senyum manisnya.

Kening Atta berkerut berkali-kali lipat. "Papi ngapain di sini? Biasanya aja ndak pernah inget sama kita." tukas Atta julid. Momen kemarin rupanya belum mampu meredakan amarah bocah itu.

"Ini kan juga rumah Papi. Nggak boleh emangnya Papi kangen dan mau ketemu sama Istri dan Anak Papi?" sahut Dave enteng. Sesekali dia meminum kopi yang sebelumnya sudah Rea siapkan.

Rea dari arah dapur datang membawa makanan yang baru saja selesai dia masak. "Loh Atta belum mandi?" tanya Rea memandang putranya heran.

"Atta laper Mi. Mau makan. Mandinya nanti dulu abis perut Atta keisi." balasnya kelewat santai.

Sang ibu hanya menggelengkan kepalanya heran. "Laper sih laper. Tapi cuci muka sama gosok gigi dulu kali Ta,"

"Iya Mi iya, Ini Atta mau cuci muka kok,"

Dave dan Rea secara serentak menatap kepergian Atta, selang beberapa menit Atta kembali dengan tampilan yang lebih segar.

"Udah?" tanya Dave.

"Hem,"

"Papi tumben mampir kesini, ada angin apa?" tanya Atta dingin.

"Hush kamu Ta, nggak sopan bicara kaya gitu sama Papi kmau sendiri," seru Rea memberikan peringatan.

"Lah, Atta kan cuma nanya, orang biasanya kita di lupain gitu aja."

"Ta,..."

Belum juga Rea menyelesaikan ucapannya, Dave terlebih dahulu menahan wanita cantik itu.

"Papi, mau ngajak kamu sama Mami kamu liburan ke pantai, gimana?" tawar Dave sambil menaik turunkan kedua alisnya.

"Ndak mau ah Pi, Atta sibuk. Males juga keluar panas, Atta ndak mau kulit putih Atta berubah jadi gosong." sahutnya acuh, tak lupa dia mulai menikmati makanan yang Rea hidangkan di depannya.

Rea yang mendengar jawaban dari mulut putranya, hanya menunjukkan tatapan penuh keheranan. Bukannya ini momen yang Atta tunggu selama ini? Dave yang meluangkan waktunya untuk keluarga kecil mereka. Namun, sepertinya rasa kesal Atta belum sepenuhnya surut.

Dave menoleh, dia menatap Atta, tak lupa di ukurkan salah satu tangannya untuk mengusap lembut rambut lebat putranya. "Yaudah Atta mau Papi lakuin apa buat nebus kesalahan Papi yang nggak sengaja nabrak kucing kamu?" tanya Dave melontarkan sebuah penawaran.

"Eummm, Papi beliin mainan aja mau nggak? Bebas Atta mau pilih apapun." sambungnya lagi.

"Endak!" respon Atta santai, dengan kepala yang sengaja dirinya gelengkan. Sesekali bocah itu memasukkan suapan ke dalam mulutnya.

Rea menatap muka Putra dan Suaminya secara bergantian, dia paham betul Atta bukanlah anak yang gampang merubah keputusannya.

"Ta hargai niat baik Papi kamu. Mami nggak suka kamu kaya gini." peringat Rea menatap Atta tajam.

"Mi ini hari libur, dan Atta nggak mau ngabisin waktu di luar. Cape, panas, mendingan di rumah buat belajar."

"Mainan Atta juga udah banyak kok, masih pada bagus-bagus malah. Ngapain beli mainan lagi? Buang-buang uang tau Mi."

Terdengar helaan nafas kasar dari Dave, ternyata usahanya untuk datang ke rumah ini pagi buta tidak membuahkan hasil sama sekali. Dave juga sadar jika kesalahannya termasuk fatal, terlebih Rea juga cerita jika itu kucing sudah Atta rawat hampir 1 tahun. Wajar saja jika putranya merasa kehilangan.

"Papi mau Atta maaffin Papi?" Atta menanyakan hal itu dengan kepala yang sengaja dia miringkan, untuk menatap manik mata Dave. Yang pastinya segera di balas anggukan singkat oleh lelaki berkepala 3 itu.

"Mau dong, jadi Papi harus apa biar di maafin sama jagoan Papi?"

Perlahan sudut bibir Atta tertarik, kedua matanya bergulir, sembari memikirkan ide apa yang terbesit di otak mungilnya.

"Atta mau nanti malam, Papi nginap di rumah ini. Tidur bareng sama Atta sama Mami. Terus paginya Papi anter Atta ke sekolah, sama siangnya Papi ngejemput Atta."

"Oke," sahut Dave menyetujui permintaan bocah itu tanpa berfikir panjang. Dia rasa apa yang Atta minta bukanlah hal yang susah.

Senyum di bibir Atta semakin lebar. Serta kedua matanya yang terlihat bersinar memancarkan kebahagiaan. "Beneran Pi?" tanyanya memastikan. Sunguh momen seperti ini sudah lama dirinya idamkan. Dan beruntungnya kali ini semesta sedang berada dipihaknya.

"Emang muka Papi kelihatan boong?" bukannya menjawab pertanyaan Atta, Dave justru berbalik melemparkan sebuah pertanyaan.

"Heheheh, endak sih." ringis Atta sambil mengaruk lehernya yang sama sekali tidak gatal.

"Atta seneng?" celetuk Rea.

"Seneng lah Mi. Pake di tanya," sahutnya dengan pipi yang bersemu merah.

"Jadi ini ceritanya masih ngambek, apa udah maafiin Papinya?"

"Menurut Mami?"

"Mamikan nggak tau, makanya Mami nanya ke putra Mami yang ngeselin ini."

"Heheheh, Atta udah ndak marah kok. Atta udah maafin Papi."

Dave tertawa renyah mendengar perkataan Atta. Harus dirinya akui, momen seperti ini bisa di bilang sangatlah langka.

"Tapi Papi beneran loh ya, nanti malem nginep di rumah ini. Awas aja kalau boong." seru Atta memberika peringatan. Tidak lupa matanya sengaja dia lebarkan.

"Iya Ta iya. Papi janji."

*****

Seharian ini Dave gunakan untuk menghabiskan waktu dengan putranya. Entah menemani Atta belajar, mencuci mobil milik Dave, menikmati berbagai macam kue yang Rea bikin sambil nonton karton.

"Udah malem Ta, waktunya tidur. Besok biar nggak terlambat." suruh Rea, dia mematikan televisi yang sebelumnya tengah Atta dan Dave tonton.

"Iya Mi," setelah mengatakan hal tersebut, mereka bertiga berjalan menaiki tangga dengan Atta yang berada di punggung Dave.

"Kamu udah gede Ta, kasian Papi kamu keberatan."

"Atta berat emangnya Pi?" tanya memastikan.

"Enggak kok, Aman." sahut Dave dan kembali melanjutkan langkah kakinya.

Dave membaringkan tubuh mungil Atta di atas ranjang. Setelah itu dia ikut membaringkan dirinya di sebelah Atta. Dan Rea juga melakukan hal yang sama di sisi lain.

"Atta seneng deh bisa tidur bareng-bareng kaya gini. Biasanya Atta tidurnya cuma sama guling." kata bocah di tengah-tengah Dave dan Rea itu.

Mendengar kalimat yang Atta lontarkan, sepasang suami istri tersebut, saling melemparkan pandangan. Mereka seketika terdiam. Dan memandang buah hati mereka dengan tatapan bersalah.

Di tengah keheningan, ponsel Dave tiba-tiba berdering. Dengan segera dia mengangkat pangilan itu.

"Halo Ris?"

"......."

"Aku masih di rumah Rea."

"........."

"Aku pulang sekarang."

********

15/03/23

Memories of Little Atta [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang