3 hari sudah Atta di rawat di rumah sakit. Dan beruntungnya pagi ini dia sudah di perbolehkan buat pulang. Senyum tulus terpancar sempurna di bibir mungil milik Atta."Asik Atta udah boleh pulang. Atta udah bisa tidur di kamar Atta lagi. Bisa main sama Mola. Dan yang paling penting Atta bisa makan ayam kecap bikinan Mami lagi," soraknya penuh kegirangan. Sesekali tangan dia bertepuk sebagai gambaran sebahagia apa perasaannya kali ini.
Terlihat Rea yang sibuk membereskan baju-baju Atta. Dan si bocah yang tengah menatap aktifitas Maminya dengan penuh antusias. Juga sudah tidak ada lagi jarum infus yang terpasang di punggung tangannya.
"Atta seneng?" tanya Rea memastikan.
"Seneng dong Mi. Akhirnya Atta bebas. Ndak di penjara lagi," celetukknya sambil mengedipkan matanya beberapa kali.
Rea mengusap pipi Atta. Tatapannya sedikit tidak terbaca. "Atta sehat-sehat ya sayang," gumam Rea lirih. Setelah itu dia menarik putranya ke dalam pelukan dia.
"Maafin Mami bikin punggung Atta luka."
"Ngapapa Mi. Mami ngak salah apa-apa. Mami nggak perlu minta maaf. Atta juga nggak marah sama Mami." sahutnya seolah tanpa beban. Kedua tangan Atta melingkar sempurna di leher Rea.
"Atta sayang Mami."
********
Atta memasuki rumahnya bersama Rea. Setelah menempuh perjalanan hampir 1 jam akhirnya mereka berdua sampai juga di sebuah bangunan yang sudah 3 hari tidak Atta tempati.
"Mi kok ada mobil Papi di depan? Papi mau ngejenguk Atta ya?" tanyanya memastikan. Namun, tidak bisa dipungkiri, dia merasa bahagia. Akhirnya rasa rindu kepada Dave sedikit terobati.
Dengan langkah kaki yang tidak sabaran, Atta berjalan memasuki ruang keluarga. Keningnya sontak berkerut saat dia melihat sebuah koper miliknya sudah tergletak sempurna di dekat Dave.
"Mami?" tanya Atta masih mencoba berfikiran positif.
"Ta. Papi kamu dateng buat jemput kamu sayang. Atta sekarang tinggal sama Papi ya!" perintah Rea. Tolong jangan berasumsi jika Rea jahat. Wanita itu hanyalah tidak mau jika dirinya kembali lepas kendali dan Attalah yang jadi sasaran kemarahannya. Rea tidak mau mrnyakiti fisik dan mental Atta lebih dalam lagi. Dan mungkin ini memang keputusan terbaik yang harus dirinya ambil.
"Mami beneran usir Atta?" tanyanya menatap Rea meminta penjelasan. Kedua matanya sudah berkaca.
"Ta, kita tinggal bareng sekarang ya. Sama Papi juga Mama Risa. Ada Rafa juga di sana." ujar Dave sambil berjongkok untuk menyetarakan tingginya dengan Atta. Dia juga meletakkan kedua tangannya di bahu Atarangi.
Atta menepis kasar kedua tangan Dave. Dia lantas berlari mendekati Rea dan memeluk tubuh Maminya seerat yang dia mampu.
"Atta nggak mau ikut Papi Mi. Atta mau di sini aja sama Mami," pintanya dengan nada yang tidak beraturan.
"Ta, Papi juga Papi kamu. Nggak ada salahnya kamu ikut Papi." Dave berjalan mendekat. Dia masih mencoba merayu anak bungsunya. Dia menyanyangi Atta, hanya saja hubungan mereka tidak terlaku dekat. Itu yang membuat Dave dengan senang hati mengiyakan permintaan Rea saat 2 jam lalu, Rea meminta Dave untuk merawat Atta. Dave sendiri masih belum paham alasan apa yang membuat Rea mengambil keputusan ini. Karena dia sendiri tau, sedekat apa hubungan sepasang ibu dan anak itu.
Rea mengalihkan pandangannya sejenak kearah lain. Sembari menghapus air matanya kasar. Berharap agar putranya juga tidak mrlihat jika dirinya menangis.
"Ta lepasin tangan kamu. Mami udah cape ngerawat kamu selama ini. Mami pingin bebas kejar kebahagiaan Mami Ta!" seru Rea kasar. Tak lupa dia juga mencoba melepaskan kedua lengan Atta yang melingkar di pinggangnya.
Dan perlahan pelukan Atta mulai terlepas. Tangis bocah itu pecah. Hatinya terasa sesak seperti sudah tidak ada pasokan udara lagi yang bisa dia hirup. Ucapan yang keluar dari mulut Rea seperti belati yang tertancap sempurna di hati Atarangi.
"Mi Atta beban ya? Selama ini Atta cuma bisa bikin Mami menderita ya? Kehadiran Atta ngehalangi kebahagiaan Mami ya?" tanya Atta dengan air mata yang berlinang membasahi kedua pipinya. Hidung dan Mata Atta sudah memerah.
"Ta," Dave masih mencoba menenangkan putranya. Namun, sama sekali tidak Atta hiraukan.
"Iya." jawab Rea yakin tanpa berfikir panjang.
Mendengar hal itu, tubuh dia terasa lemas seketika. Sorot matanya menatap wajah Rea dengan tatapan hancurnya.
Rea memberi kode kepada suaminya untuk segera membawa Atta pergi. Dave yang paham lantas membawa Atta ke dalam gendongannya. Dan salah satu tangannya dia gunakan untuk menarik koper yang berisikan seragam serta barang keperluan Atta.
Dave membawa tubuh Atta secara paksa. Berulang kali Atta memberontak. Namun, sama sekali tidak Dave hiraukan.
"Kenapa Mami jahat?! Atta salah apa sama Mami?!"
"Kenapa Mami ingkarin janji Mami ke Atta?!" teriaknya histeris. Dan perlahan tubuh Atta mulai menghilang dari pandangan Rea.
Rea dapat mendengar mobil Dave yang berjalan menjauhi rumahnya. Perlahan tubuh Rea mulai meluruh. Dia terduduk di lantai dengan tangisan yang menggambarkan sehancur apa perasaannya.
"Mami sayang sama Atta."
"Maafin Mami Ta. Mami nggak mau kamu semakin rusak di tangan Mami."
Kalau boleh jujur Rea ingin Atta tetap ada di posisinya. Dia ingin menjadi ibu yang turut serta dalam setiap perkembangan putranya. Sayangnya dia tidak bisa egois dan kekeh mempertahankan Atta. Dia takut fisik dan mental Atta hancur di tangan ibunya sendiri.
"ARRRGGGGGGHHHHHHHHH!" teriak Rea histeris. Dia mulai meluapkan semua rasa sakit di dalam hatinya.
"Nyonya." Sutin dari arah dapur, lari dengan terburu mendekati tubuh Rea yang terlihat kacau.
"Nya," ujar Sutin memeluk tubuh majikannya.
"Bi Atta pergi Bi. Hidup saya selesai Bi. Kebahagiaan saya hilang. Malaikat kecil saya udah nggak di rumah ini lagi."
"Saya mau Atta tetap di sini sama saya. Tapi saya nggak mau Atta gila atau meninggal di tangan monster seperti saya!" serunya dengan punggung yang bergetar hebat. Saat ini bukan hanya Atta yang hancur. Tapi juga dirinya.
Sutin faham mengenai apa yang sudah terjadi. Karena saat di rumah sakit Rea pernah membahas hal mengenai perpindahan hak asuh Atta. Namun, Sutin sendiri tidak menyangka jika Rea benar-benar akan mengambil keputusan ini.
"Nyonya, Nyonya masih bisa sama Aden. Nyonya bisa rawat Aden lagi Nya." dengan tenang Sutin mengatakan hal itu. Sesekali dia mengusap punggung Rea guna memberikan sebuah ketenangan.
"Saya gila Bi. Dan Atta nggak pantes ada di tangan saya. Dia terlalu berharga buat dapattin semua luka itu."
"Nya, besok mulai rajin cek up kesehatan Nyonya ya. Mulai lakuin terapi yang sudah dokter anjurkan. Nyonya bisa sembuh kok. Percaya sama saya. Nanti kita rawat Aden lagi bareng-bareng."
*******
14/02/23
KAMU SEDANG MEMBACA
Memories of Little Atta [SELESAI]
General Fiction#Belum Revisi. #Prekuel Of Atarangi. Memori Atta kecil. "Mami, Papi punya Atta juga'kan? Kenapa sama Rafa terus? Sama Attanya kapan?" -Atarangi- seperti namanya yang berarti langit pagi! Dia merindukan setitik cahaya, setelah sekian lama terkurung d...