4- Rasa iri Atta.

511 16 0
                                    


Atta menikmati perjalanannya, hingga ada di satu sisi, Atta melewati sebuah sekolah, bukan sekolahnya. Namun penglihatan Atta jatuh pada sebuah memandangan yang membuat hatinya terasa nyeri.

"Sekolah Rafa!" gumam Atta lirih, dapat dia lihat dengan jelas. Papinya yang mengantar Rafa, lengkap dengan senyum ramah dan tatapan penuh kasih sayang selayaknya hubungan darah pada umumnya. Rafa memang tidak satu sekolah dengan Atta, namun letak sekolah mereka berdekatan. Hanya jarak 7 menit menggunakan mobil.

"Sama Rafa Papi bisa sedekat itu, kenapa sama Atta jauh banget ya?" batin Atta iri melihat kedekatan saudara tirinya dengan Dave, Papinya.

"Atta juga pengen kaya Rafa!"

"Den"

"Aden!"

"Den Atta!"

Atta tersentak kaget. "Eh iya Pak kenapa?" jawabnya linglung. Atta mengedarkan pandangannya kearah sekitar.

"Udah nyampai ternyata, hehehehheh" ringis bocah itu sambil menggaruk kepalanya yang sa sekali tidak gatal.

"Aden teh kenapa? Tumben ngelamun gitu?" tanya Pak Mardi heran dengan sikap bos kecilnya.

"Ah, itu Atta lupa belum ngerjain PR" guman Atta menjawab pertanyaan supirnya.

"Yaudah Atta sekolah dulu ya Pak," pamitnya seraya mencium punggung tangan Pak Mardi.

"Iya, Aden hati-hati yah! Belajar yang bener. Nanti Bapak jemput jam 11-san." nasehatnya sambil mengusap lembut rambut Atta.

Atta sontak terpekik, "Wehhhhh! Rambut kece Atta jangan diberantakin!" ujarnya sambil melotot tidak terima.

Bukannya takut atau merasa bersalah, Mardi justru tersenyum jail. "Aden mau belajar apa mau gaya-gayaan? Anak masih bau kencur juga!"

"Ishhhhhhh, Atta mau belajar Pak! Tapi penampilan Atta harus tetep kece. Sama satu lagi, badan Atta wangi tadi pagi udah semprot-semprot pake parfum mahal! Jadi nggak bau kencur kaya yang Pak Mardi bilang." jawabnya sengak sambil kembali membenarkan tatanan rambutnya di kaca mobil.

Setelah dirasa pas, Atta tersenyum puas. Diraihnya sebuah tas yang tergeletak di kursi bekas dia duduk barusan.

Atta melanglahkan kaki mungilnya menjauhi mobil dan Mardi. "Dada Pak, Atta mau nyari ilmu dulu, yang berguna buat Nusa dan Bangsa." setelah mengucapkan hal tersebut Atta berlari menuju gerbang sekolah yang sebentar lagi akan ditutup. Dan perlahan tubuh Atta ditelan jarak.


Karena terburu, dan tidak memperhatikan sekitar, dirinya menabrak seseorang.

BRUKKKK....

Seorang gadis terjatuh didepannya, dengan perasaan takut gadis itu tidak berani sekedar untuk mengangkat kepalanya. Dia hanya tertunduk sambil menikmati rasa sakit dipergelangan kaki dan lututnya.

"Kalau jalan itu lihat-lihat! Atta segede ini masih aja ditabrak. Dasar Shena pembawa sial!" ketus Atta lantas melangkahkan kakinya menjauhi Shena. Tanpa berniat menolong atau  sekedar mengucapkan kata maaf.

"Kan Atta yang nabrak Shena, kenapa dia yang marah-marah" gumamnya selirih mungkin. Takut jika Atta mendengar apa yang barusan dia ucapkan.

Dengan perlahan Shena mencoba bangkit, dia berjalan tertatih menuju kelasnya, lutut dan pergelangan kakinya terasa nyeri saat dipakai berjalan.

Memories of Little Atta [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang