Atta sibuk mengaduk-aduk makanannya. Sesekali terdengar helaan nafas kasar dari bibir dia. Perutnya memang terasa lapar. Namun, nafsu makan dia menguap entah ke mana.
"Kenapa Ta? Tumben nggak selera gitu?" tanya Rea sedikit mengamati gerak-gerik putranya.
"Atta bentar lagi ulang tahun Mi," ujar Atta lesu.
"Iya? Terus masalahnya di mana? Atta mau kado apaan emangnya? Biar Mami beliin." tawar Rea berharap jika mood putranya akan kembali membaik.
Terlihat Atta yang mengelengkan kepalanya pelan. "Atta ndak mau Kado Mi. Atta cuma mau..." bukannya melanjutkan perkataanya bocah itu justru semakin memperlihatkan muka muramnya. Terlebih saat dia ingat kejadian pertengkaran Mami dan Papinya yang sampai menyebutkan kata ingin pisah. Atta merasa keinginannya bisa jadi hal yang mustahil untuk terwujud.
"Ta," panggil Rea, sembari mengusap pelan lengan putranya.
"Atta mau apa sayang?"
"Papi," ujar Atta singkat.
"Atta kangen sama Papi Mi. Atta pengen ngerayain ulang tahun Atta sama Papi sama Mami, kaya anak-anak lain. Atta juga mau seharian ngabisin waktu sama Papi. Terakhir Atta main sama Papi beberapa bulan lalu. Sampai sekarang Atta ndak pernah ketemu sama Papi lagi."
"Apa keinginan Atta terlalu berlebihan ya Mi?"
"Nggak kok sayang, wajar kamu punya keinginan kaya gitu. Mami janji, besok Papi akan luangin waktunya buat kamu." dengan senyum yang menenangkan Rea mengatakan hal tersebut.
Bukannya lega, Atta justru semakin murung. "Attanya yang ragu," gumam Atta pelan.
"Maksud kamu Ta?"
Terlihat senyum miris, yang Atta tunjukkan. "Atta tadi sempet pulang Mi. Dan Atta lihat Mami berantem hebat sama Papi. Atta ndak tau ada masalah apa di antara kalian berdua. Tapi kalau mempertahanin Papi sama aja kaya ngegenggam jarum, Atta mohon Mami lepasin Papi ya Mi. Atta ndak mau lihat Mami semakin sakit. Dan masalah kado, Atta bener-bener mau ngerayain ultah Atta sama Papi juga, anggap aja buat yang terakhir kalinya."
Bukannya mengiyakan perkataan Atta, Rea justru mengeser kursi tempat dirinya duduk. Dan memeluk erat tubuh putranya.
"Mami lakuin ini semua buat kamu sayang, Mami pertahanin Mas Dave buat kamu. Mami hanya ingin kamu dapat hak kamu juga, dapat kasih sayang Papi kandung kamu," batin Rea meneriakkan apa yang dia rasakan.
******
Hari ini tepat hari ulang tahun Atarangi. "Mi, Papi mau ngajak Atta pergi. Mau nyari kado buat Atta katanya. Atta disuruh milih sendiri. Boleh Atta keluar sama Papi, Mi?" izin seorang bocah kepada Maminya yang tengah sibuk memotong berbagai macam sayuran di dapur.
Rea benar-benar membuktikan janjinya. Entah apa yang sudah Rea katakan ke Dave sehingga buat hari ini lelaki itu sudi meluangkan waktunya untuk putra mereka.
Saat ini Atta tengah duduk di meja pantry sambil memperhatikan aktifitas Maminya.
Melihat raut penuh binar kebahagiaan di pancaran bola mata Anaknya, Rea tentu mengizinkan Anaknya pergi. Momen ini sudah lama Atta nantikan. Yaitu menghabiskan waktu bersama Papinya.
"Boleh dong sayang." jawab Rea tersenyum manis.
2 jam berlalu, Atta sudah siap dengan tampiran kecenya. Celana jins robek-robek di lutut, kaos pendek berwarna putih serta sebuah sepatu berwarna senada dengan kaosnya. Terlihat rambut Atta sengaja di atur berantakan, membuat bocah berumur 8 tahun itu semakin terlihat keren.
"Mami Atta udah kece belum?"
Rea yang gemas perlahan menarik pipi anaknya, diciumnya Atta beberapa kali. "Udah sayang. Anak Mami paling kece sedunia."
"Iya lah, orang udah Atta semprot-semprot juga pake parfum tubuh Atta. Biar wangi terus nggak malu-maluin pas jalan sama Papi."
Rea ikut merasa bahagia melihat raut penuh kebahagiaan diwajah Anaknya. Ditengah-tengah obrolan mereka tiba-tiba Dave masuk.
"Sudah siap Ta?"
"Udah Pi"
"Kita pergi dulu Re" pamitnya kepada sang Istri.
"Hati-hati Mas, aku titip Atta"
Dan disinilah mereka berdua sekarang. Di sebuah Mall. Setelah berkeliling Atta mendapatkan apa yang dia mau. Sebuah mobil-mobilan yang bisa dirubah menjadi robot.
"Atta seneng?" tanya Dave, saat ini mereka tengah makan disebuah restoran.
"Seneng Papi, makasih banyak ya" ujarnya tulus, sambil memeluk hadiah pemberian Papinya.
"Selamat ulang tahun jagoannya Papi. Papi bener-bener berharap semua yang terbaik buat Atta. Semoga Atta selalu di selimuti kebahagiaan ya" tatapan mata Dave terlihat teduh. Menatap anaknya yang tengah memakan kentang goreng miliknya.
"Makasih Papi"
Ditengah obrolan sepasang Ayah dan Anak yang sedang menghabiskan waktu berdua. Dering ponsel milik Dave tiba-tiba terdengar.
Dddrrrrtttt...
Terlihat nama My wife di layar ponsel. Tanpa membuang waktu lama Dave mengangkat panggilan tersebut.
"Halo"
"Pah, Papah pulang sekarang yah. Rafa belum pulang. Tolong cariin Rafa Pah. Mamah khawatir" pinta Risa penuh permohonan.
Mengetahui bahwa putra kesayangannya tidak ada di rumah. Perlahan Dave bangkit dari tempat duduknya. Atta yang melihat hal itu sontak bertanya.
"Papi mau kemana?" namun pertanyaan dari Atta tidak Dave hiraukan. Lelaki itu masih fokus berbicara mengunakan ponselnya.
Hingga 2 menit kemudian, dengan terburu Dave memasukkan ponselnya ke saku celananya.
"Pi, Atta masih makan" cicitnya pelan melihat tanda bahwa Papinya akan pergi meninggalkan tempat itu.
"Atta sayang, Atta tunggu disini dulu ya. Rafa belum pulang Nak. Papi mau nyari Rafa. Nanti Papi suruh supir buat jemput Atta disini." ujar Dave mencoba memberi bocah itu pengertian.
"Atta ikut Papi ya," pintanya penuh permohonan.
"Atta disini dulu aja ya, nggak akan lama supir Papi bakal ngejemput Atta. Lagian Papi nggak bisa nganterin Atta pulang. Takutnya Mami kamu khawatir kamunya lama perginya."
"Maaf ya sayang" ujar Dave terburu. Diusapnya pelan rambut Atta sebelum sepenuhnya pergi meninggalkan bocah itu sendiri. Setelah membayar semua makanan yang mereka pesan.
Atta menatap kepergian Dave dengan tatapan sendunya. "Padahal belum ada 1 jam Papi sama Atta. Kenapa udah di minta lagi sama Rafa? Atta juga mau sama Papi" gumamnya lirih. Perlahan kedua mata bocah itu mulai berkaca-kaca.
"Apa Papi cuma punya Rafa aja? Apa Atta nggak boleh kerasain kasih sayang Papi juga?" lanjutnya.
Atta benar-benar menuruti perintah Dave. Bocah itu menunggu di tempat tersebut sesuai seperti apa yang Dave katakan sebelum meninggalkannya sendirian.
"Ini pak supirnya mana? Kenapa lama? Udah jam 5" lirihnya saat menatap sebuah jam tangan yang melingkar di tangan kirinya. Ternyata sudah 3 jam Atta menunggu ditempat itu. Namun yang ditunggu belum juga menampakkan batang hidungnya.
Merasa takut membuat Rea khawatir, Atta memilih pergi dari restoran itu. "Atta pulang sendiri aja kali ya? Naik taksi biar nanti Mami yang bayar dirumah. Attakan nggak bawa uang" pikir bocah itu. Setelah menyakinkan dirinya sendiri, Atta bangkit menuju pintu keluar.
Tepat di jalan raya dengan hati-hati dirinya mencoba menyebrang jalan. Ditengah padatnya Ibu Kota. Namun sayang. Nasib buruk menimpa Atta.
BRRAAKKKKKKKKK.....
Sebuah mobil melaju kearahnya. Dan tanpa bisa dicegah sebuah kecelakaan terjadi. Membuat tubuh mungil itu terlembar sejauh 5 meter dari tempat kejadian. Atta menjadi korban tabrak lari tepat dihari ulang tahunnya.
Warga sekitar mendekat tubuh Atta yang terlihat tidak berdaya sama sekali. Baju putihnya penuh dengan darah yang keluar dari berbagai bagian tubuhnya yang terluka.
Kondisi jalan macat total seketika. Beruntungnya ada seseorang yang mau mengantarkan bocah malang itu kerumah sakit terdekat.
******
23/03/23
KAMU SEDANG MEMBACA
Memories of Little Atta [SELESAI]
General Fiction#Belum Revisi. #Prekuel Of Atarangi. Memori Atta kecil. "Mami, Papi punya Atta juga'kan? Kenapa sama Rafa terus? Sama Attanya kapan?" -Atarangi- seperti namanya yang berarti langit pagi! Dia merindukan setitik cahaya, setelah sekian lama terkurung d...