07-Sakit

551 18 0
                                    

"Papi tolongin Atta," ujar bocah itu sambil mengangkat tangannya bermaksud memberi kode kepada Dave agar mau menolongnya.

"Papa tolongin Rafa," suara seorang lelaki yang seusia Atta juga ikut meminta tolong memanggil Papanya, yang tidak lain dan tidak bukan adalah Dave.

Dave terlihat tengah kebingungan. Dia merasa bimbang siapa yang lebih duli harus dia selamatkan.

Atta dan Rafa sama-sama mengangkat kedua tangannya bergantian, bermaksud meminta tolong kepada Dave.

"Papi tolong,"

"Papa tolong,"

Ujarnya berbarengan, sesekali kepalanya berusaha untuk naik ke permukaan, bermaksud mengambil udara sebanyak mungkin yang mereka bisa.

Faham jika kedua anaknya tengah dalam mara bahaya, dengan segera Dave ikut menceburkan dirinya ke danau untuk menyelamatkan ke duanya.

Dave lebih dulu mendekat ke arah Rafa, meraih tubuh lemah anak sulungnya yang hampir saja tenggelam. Tanpa membuang waktu lama, Dave segera membawa tubuh Rafa yang terlihat tidak berdaya ke daratan.

"Rafa, bangun sayang." berulang kali Dave melakukan CPR untuk menyadarkan Rafa.

Masih di dalam danau Atta dengan jelas melihat raut wajah Papinya yang sangat mengkhawatirkan keadaan Rafa, seolah melupakan sosok Atta yang bahkan kondisinya lebih terancam dari pada kakaknya.

"Papi, to....tolongin Atta," lirihnya sebelum badannya sepenuhnya menghilang hayut ke dalam dasar danau.

Rea terlihat kekhawatiran, saat dirinya ingin ke dapur, dia mendengar suara Atta yang teriak-teriak minta tolong. Rea yang takut terjadi sesuatu dengan putranya otomatis segera memasuki kamar Atta.

Cklekk.....

Suara pintu dibuka kasar. Dengan langkah tergesa Rea medekati ranjang putranya.

"Atta, kamu kenapa sayang." ujarnya panik, terlihat peluh yang menetes dari dahi anak itu, serta bajunya yang basah akan keringat.

"Ta, bangun. Nak."

Wajah Atta terlihat pucat, saat Rea menempelkan punggung tangannya di dahi putranya dia di kejutkan oleh suhu Atta yang terasa lebih tinggi dari biasanya.

"Atta sayang," panggilnya sekali lagi, masih mencoba untuk membangunkan bocah itu.

"Papi, tolongin Atta," racaunya masih dalam mata yang terpejam serta kepala yang berulang kali bergeleng ke kiri dan kanan

"Pi,..."

Sadar jika anaknya tengah demam, Rea segera bangkit dan mengambil kompresan untuk membantu menurunkan demam anak semata wayangnya.

Tak lupa dia juga membawa obat yang Atta butuhkan, Rea mengambil termometer dan diletakkanya di mulut Atta, rea menunggu beberapa saat, hinyya mata dia melotot sempurna saat melihat suhu tubuh putranya mencapai 40 derajat.

Atta sontak terbangun dari tidurnya, terlihat bocah itu yang tiba-tiba terduduk, dengan nafas yang tidak teratur.

"Atta mimpi apa sayang?" tanya Rea sembari mengusap peluh yang mulai berjatuhan di dahi putranya.

Muka Atta benar-benar pucat, serta pandangannya yg terlihat sayu tidak seperti biasanya. Atta menoleh ke arah Rea, dan mulai bergerak untuk memeluk Maminya.

Perlahan isak tangis dia terdengar, Rea yang faham jika anaknya sedang dalam mode sensitif hanya memakluminya, dan diusapnya pelan punggung Atta yang bergetar.

"Atta mimpi Mami, Di mimpi Atta, Atta sama Rafa tenggelam. Terus ada Papi. Kita berdua sama-sama minta tolong. Tapi Papi cuma nolongin Rafa."

"Itu cuma mimpi, tapi hati Atta sakit beneran Mami. Apa kalau nanti beneran ada yang membahayakan nyawa kita berdua, Papi cuma perduli sama Rafa ya Mi?"

Memories of Little Atta [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang