Dan di sinilah mereka bertiga sekarang. Mereka memutuskan untuk mengerjakan tugas di kamar Arlo.
"Jadi ini ceritanya mau bikin apa?" tanya Arlo menatap Atta dan Gea bergantian meminta pendapat.
Mereka mendapat tugas untuk membuat kerajinan dari botol bekas.
"Bunga aja yang gampang. Nanti kain flanelnya buat nutupin pot bunganya." usul Gea memberikan ide.
Atta menggeleng tidak setuju. "Jangan bunga lah Ge. Kita ini cowok masa bikin bunga sih. Ndak-ndak ada. Ganti-ganti!"
"Iya terus mau bikin apa Ta?" tanya Gea gemas.
"Mobil-mobilan aja. Pasti keren." celetuk Atta dengan alis yang dia naik-turunkan."
"Ya jangan mobil juga lah Ta. Aku kan cewek. Mana cocok. Yang lain aja," sanggah Gea mengutarakan keberatannya.
"Iya terus mau bikin apaan?"
"Yang simple tapi keren, dan ada fungsinya." sambung Arlo. Bocah itu menatap ke arah meja belajarnya. Dan perlahan bibir dia sedikit tertarik saat sebuah ide terlintas di otak dia.
"Aku tau!" seru Arlo antusias.
"Apa?" tanya Gea dan Atta serentak.
"Kita bikin tempat pensil aja. Gampang bahannya juga ada," usul Arlo.
"Tempat pesil kek mana pake botol? Nggak ada keren-kerennya," sambung Gea yang belum punya bayangan sama sekali.
"Bentar. Aku ke bawah dulu pinjam ponsel Mami." Arlo berlari meninggalkan kedua sahabatnya. Tidak membutuhkan waktu lama, dia kembali dengan benda pipih di dalam genggamannya.
Ketiganya terfokus pada ponsel milik Arlo, mengamati gambar demi gambar yang dirasa mudah untuk di buat.
"Bikin ini aja." usul Atta menatap penuh antusias sebuah tempat pensil yang terbungkus kain flanel.
"Kain flanelnya ada. Bahan-bahan yang lain juga ada," lanjut Atta.
"Tapi kita kan nggak punya ritnya Ta, buat bikin ginian." seketika Atta terdiam benar juga ya. Kalau keluar dulu buat beli nggak akan cukup waktunya. Tugas mereka harus di kumpulkan besok. Dan hari sudah semakin sore.
Arlo bangkit dari tempat duduknya. Di berjalan menuju lemari tempat penyimpanan pakaian. Setelah mendapatkan apa yang dia butuhkan Arlo kembali bergabung denga dua temannya.
"Ngapain kamu bawa-bawa jaket? Perasaan nggak dingin," tanya Gea mengutarakan keheranannya.
"Kita bongkar jaket ini. Dan ambil ritnya buat tugas kelompok kita." usul Arlo mencari jalan terbaik.
Ketiganya saling bertatap-tatapan. Dan dengan serentak mereka berkata. "Setuju!"
"Kita bagi tugas ya. Atta potong botolnya. Aku ngejahit kain flanelnya biar makin mirip. Dan Arlo kamu ngebongkar itu baju ambil ritnya," titah Gea memberikan instruksi.
Ditengah keseriusannya, Gea berteriak heboh. Saat jari Arlo tiba-tiba berdarah. "Arlo tangan kamu luka!" panik Gea.
"Luka kecil ini nggak papa," sahutnya enteng.
"Kecil gimana? Itu darahnya netes. Nggak sakit emang?"
"Enggak biasa aja."
"Nih udah dapet ritnya." dengan tatapan penuh rasa puas, Arlo menggoyang-ngoyangkan rit berwarna coklat yang dia genggam.
Rea sibuk menjahit kain flanel dengan tangannya, seakan-akan dia sedang membentuk motif.
Dan Atta tengah memotong botol di depan dia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Memories of Little Atta [SELESAI]
General Fiction#Belum Revisi. #Prekuel Of Atarangi. Memori Atta kecil. "Mami, Papi punya Atta juga'kan? Kenapa sama Rafa terus? Sama Attanya kapan?" -Atarangi- seperti namanya yang berarti langit pagi! Dia merindukan setitik cahaya, setelah sekian lama terkurung d...