08-Ocehan

281 16 0
                                    


"Mami," Atta tiba-tiba datang menghampiri Rea, tidak seperti biasanya, wajah putranya terlihat kusut pagi ini.

"Loh kok Atta belum mandi? Udah siang ini. Atta mau terlambat, terus dijemur kaya ikan asin, terus kosong nggak handsome lagi?" cerca Rea dengan satu kali tarikan nafas.

Atta hanya menanggapi perkataan Rea dengan gelengan singkatnya. Namun, muka bocah itu kembali kusut, bahkan bibirnya sengaja dia majukan beberapa senti.

"Ini kenapa manyun-manyun. Atta mau saingan sama bebek?" Rea menjawil pelan bibir putranya.

"Atta nggak mau sekolah Mami." jujurnya mulai mengutarakan apa yang dia mau.

"Masih sakit?" Rea bertanya, sambil meletakkan punggung tangannya di kening dab leher Atta, bermaksud mengecek suhu tubuh putranya.

"Enggak, Atta udah sembuh. Tapi nggak mau masuk sekolah." cicitnya, bocah itu menundukkan kepalanya dalam-dalam. Sesekali memaiin kan ujung bajunya sendiri.

"Attakan udah libur 3 hari, masa mau libur lagi. Kalau masih sakit si nggak papa izin lagi. Ini Attanya, kan udah sehat."

Terlihat Atta yang menghela nafas kasar. Rea yang melihat kegelisahan kedua pola mata putranya, perlahan mencoba mengusap lembut pipi gembil Atta.

"Atta kenapa mau libur lagi?" tanya Rea,

"Atta malu Mami, gigi Atta belum tumbuh. Atta masih ompong. Atta nggak mau di ledekin temen-temen," akunya mulai menjelaskan apa yang dirinya khawatirkan.

Mengenai perkara gigi ompong, bibir sudu Rea seketika kembali ingin tersenyum. Namun, mati-matian dia tahan.

"Terus mau masuk sekolahnya kapan?"

"Sampai giginya ada lagi, sampai Atta handsome lagi."

"Kalau gigi Atta tumbuhnya 1 tahun lagi gimana?"

Mendengar pertanyaan itu, kedua bola mata Atta sontak melotot sempurnya. "Iiisshhhhhhh, kok 1 tahun lagi Mami! Itu lama. Berarti Atta jeleknya di perpanjang dong." rutuk Atta merasa tidak terima.

"Ya kan tumbuh gigi setiap orang beda-beda Ta, ada yang cepet dan ada yang lama."

"Kalau Atta mau masuk sekolah nunggu tumbuh gigi lagi, kalau tumbuh giginya tahun depan, berarti Atta mau bolos 1 tahun?"

"Mana bisa gitu Mami, masa Atta udah nggak handsome, terus stupid juga. Atta nggak mau!" pipi bocah itu semakin menggembung sempurna.

"Jadi?" ujar Rea memastikan.

Dengan berat hati Atta akhirnya mengaggukkan kepalanya. "Iya Mami, Atta hari ini sekolah. Nggak jadi bolos."

"Nah, gitu dong. Ini baru anak Mami. Atta ingat kan semua pesan Mami sayang?" Rea menanyakan pertanyaan itu untuk kesekian kalinya. Diulurkan tangan lembut Rea untuk mengusap kepala Atta.

"Ingat Mami, Mami pengen Atta dapetin peringkat satu kan? Atta bakal lakuin itu semua buat Mami." Dengan tekad yang kuat Atta mengatakan hal tersebut.

"Ini baru anak kesayangan Mami," Rea mengecup pipi tembem Atta secara bergantian kanan, dan kiri.

"Yaudah sekarang Atta mandi, makin terlambat yang ada. Mami siapin baju buat Atta."

"Iya Mami," Atta berjalan menjauhi Rea. Namun, dia membalikkan badannya. "Atta nggak sarapan di rumah ya Mi pagi ini. Udah siang. Tolong siapin bekel aja buat Atta, nanti Atta makan waktu istirahat."

"Iya sayang."

Atta berlari ngacir meninggalkan Maminya.

Hmpir 15 menit Atta membersihkan badannya. Sekarang seragam SD Starliz, telah melekat sempurna di tubuh Atta.

Bocah itu kali ini tengah berdiri di depan kaca, sambil memastikan penampilannya sendiri.

Dia membenarkan tatanan rambutnya, dengan minyak rambut. "Atta udah kece kok." sahut Atta saat mengamati penampilannya sendiri dari pantulan cermin.

"Tapi gigi ompong Atta bikin kekecean yang Atta punya terjun bebas." paparnya lesu. Dia benar-benar butuh sumbangan rasa percaya diri buat bertemu dengan teman-temannya.

Dengan lesu, Atta meraih botol parfum, dan disemprotnya di beberapa bagian tubuhnya sendiri. "Nggak papa deh, handsomenya Atta libur dulu buat hari ini sampai beberapa hari kedepan. Yang penting wangi tubuh Atta nggak boleh absen."

Setelah mengatakan hal tersebut, Atta meraih tas merahnya yang tergeletak tidak berdaya di atas meja belajar miliknya. Dirasa sudah tidak ada barang yang ketinggalan, Atta segera berjalan meninggalkan kamarnya sendiri, untuk menghapiri Maminya.

Atta berjalan menuruni tangga, dan berjalan ke arah Rea, "Mami, bekal Atta udah?" tanya Atta memastikan.

"Udah, ini udah Mami siappin, lengkap sama jus mangga buat Atta." papar Rea, sambil menyusun bekal putranya, ke dalam tas merah milik Atta.

Rea membantu Atta untuk masangkan tas tersebut di pundaknya, "Makasih Mami."

"Sama-sama sayang."

"Yaudah, Atta berangkat dulu ya Mi." pamitnya, yang di balas anggukan oleh Rea.

"Hati-hati ya, bekalnya jangan lupa di makan pas istirahat."

"Iya Mami, siap."

"Yaudah, kalau gitu Atta berangkat dulu Mi, Assalamualaikum," pamitnya sambil mencium punggung tangan Rea,

"Waalaikumsalam sayang."

"Nanti kita ke Mall Ta, beliin Atta mainan sesuai janji Mami kemaren." ujar Rea, yang mampu menghentikan langkah kaki Atta.

Atta kembali menolehkan kepalanya, sorot mata bocah itu, seketika berubah menjadi penuh keantusiassan. "Beneran Mami? Asssssiiiikkkkk! Tunggu Atta pulang ya Mi,"

Harus Rea akui, hatinya merasa menghanggat melihat binar kebahagiaan di wajah putranya. "Mami harap, Atta bisa jaga senyum itu sayang." gumam Rea, sambil mengamati punggung putranya yang perlahan berjalan menjauh meninggalkannya.

******

"Pak Mardi ayo berangkat sekolah." celetuk Atta yang tiba-tiba datang mengagetkan supir rumahnya.

"Loh Den Atta udah sembuh? Bapak kira hari ini masih izin Adennya." tanya Mardi kepada majikannya yang saat ini sudah duduk santai di sebelahnya.

"Udah, Atta nggak mau jadi stupid, jadi Atta nggak boleh kelamaan bolos. Nanti Atta ndak pintar-pintar."

Perlahan Mardi mulai menjalankan mobilnya, dengan Atta yang kembali berceloteh ria membahas berbagai macam hal.

"Emang, Aden cita-citanya mau jadi apa?"

Terlihat Atta yang memutarkan bola matanya, dirinya seolah seperti sedang berfikir. "Eeeeeuuum, Atta mau jadi Presiden Pak,"

Mardi yang mendengar hal itu entah kenapa hanya menunjukkan wajah cengonya, di fikirannya saat ini, entah jadi apa negara Indonesia jika yang mimpin bocah menyebalkan seperti dirinya.

"Kenapa mau jadi Presiden?"

"Biar Atta jadi orang nomer 1 di Indonesia, terus kerjanya jalan-jalan ke luar negri."

"Nanti kalau Atta dapat tugas negara di Australia, Atta mau foto sama kanguru."

"Atta nanti mau jadi Presiden yang gaul buat indonesia. Nanti seragam sekolah Atta wajibin pake warna item. Biar makin keren."

"Itu mau sekolah apa mau ngelayat Den item-item," goda Mardi, merasa konyol dengan pemikiran anak majikannya.

"Iiiissshhhh, bukan ngelayat, kan Atta mau nyiptain generasi milenial."

********

15/12/22

Memories of Little Atta [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang