45-Kejutan yang Sebenarnya

450 12 8
                                    

Waktu terus berjalan, ini saat-saat yang paling mendebarkan untuk seluruh siswa kelas 6. Setelah melaksanakan Ujian Nasional beberapa waktu lalu, sekarang hari penentuan keluarnya hasil belajar mereka selama 6 tahun.

"Peraih nilai UN tertinggi diraih oleh Ananda Devan Atarangi Arfaenza," ujar Santo selaku kepala sekolah SD Tunas Merdeka, memanggil salah satu murid yang sangat berprestasi dari atas mimbar.

"Bukan hanya di sekolah, bahkan nilai Atta menjadi nilai tertinggi tingkat Provinsi!" lanjutnya.

Atta sendiri hanya mematung. Dirinya masih tidak bisa mempercayai ucapan sang Kepala Sekolah, suara tepuk tangan memenuhi aula, mereka semua ikut senang dengan prestasi yang diraih oleh salah satu temannya.

"Atta silahlan beri sambutan sepatah-duapatah kata dulu untuk yang lain!" suruh Santo yang sukses membuyarkan lamuman Atta.

Tanpa menunggu waktu lama, Atta mengikuti perintah Kepala Sekolah. Atta menaiki mimbar. Dan mulai mengucapkan beberapa patah kata.
"Assalamualaikum semuanya, Eeuummm Atta bingung mau ngomong apa, intinya Atta bersyukur banget buat apa yang Atta dapettin hari ini, Dan ini Atta persembahin khusus buat orang yang paling Atta sayang. Buat Mami yang udah mau sabar ngehadapin Atta selama ini. Atta sayang sama Mami. Sayang banget."

Suara tepuk tangan semakin terdengar ricuh memenuhi aula.

Dengan perasaan senang sekaligus antusias yang membuncah Atta memasuki rumahnya, mencari keberadaan Rea, Dapur, kamar mandi, ruang tamu, ruang keluarga semuanya tidaklah luput Atta datangi. Namun Atta belum juga menemukan apa yanh dia cari.

"Mamiiiiiii!" teriaknya memanggil Rea, berharap bahwa Rea tau kalau anaknya udah pulang.

"Mami!!! Mami kemana sih, ini Atta punya kejutan buat Mami!!!" teriaknya sekali lagi memenuhi ruangan. Sambil mengedarkan pandangannya kearah sekitar.

"Pak Mardi lihat Mami nggak?" tanya Atta kesupir rumahnya,

"Enggak Den, dari pagi Bapak nggak lihat Nyonya."

"Euuummm yaudah makasih ya Pak." Setelah mengatakan hal itu Atta memutuskan untuk kembali memasuki rumah.

"Apa di kamar kali ya?"

Dan kaki munggil Atta berlarian diatas tangga, menuju kamar Rea.

"Mami!!! Mami didalem???" teriak Atta dari balik pintu.

10 menit berlalu belum juga ada jawaban. Dan Atta memutuskan untuk membuka pintu. "Mami Atta izin masuk kamar Mami ya"

CKLEK......

Saat pintu dibuka. Seketika bocah itu menangis histeris. Airmatanya berlomba-lomba untuk keluar. Hatinya merasakan sakit yang luar biasa sekaligus takut.

"MMMMAAAAAMMMMIIIIIIIIII!!!" dunia Atta hancur seketika. Atta bukan bocah sepolos itu yang tidak tau apa yang terjadi di depannya.

Dengan segera kaki mungilnya keluar kamar Rea, berlari menuju lantai bawah guna memanggil Mardi ataupun Sutin untuk meminta bantuan.

Atta sampai di pos satpam, terlihat Mardi dan Satpam rumahnya yang tengah asik bermain catur.

Dengan nafas memburu dan tangis Atta yang kian pecah Atta menghapiri mereka berdua.

"Pak Mardi" cicit Atta dengan nada yang semakin terdengar tidak jelas. Karena kalah dengan suara isak tanggisnya yang terdengar memilukan.

Mardi yang melihat keadaan Atta seketika khawatir. Selama dia bekerja dirumah ini belum pernah dia melihat Atta menangis histeris seperti sekarang.

"Aden, Aden teh kunaon?"

"Naha cerik? Aya naon Den?"

Ruli ikut khawatir melihat Atta,

Memories of Little Atta [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang