09. Broken

139 8 7
                                    

Tanggal penulisan :

2 November 2021 pukul 13.45 - 8 November 2021 pukul 16.45 (belum termasuk revisi)

Happy reading gays... 😊😊😊😊

Satu minggu lagi adalah perayaan ulang tahun Sana ke-20. Karena gadis itu memaksa tidak ingin perayaannya di adakan di Jepang, alhasil kedua orang tuanya lah yang memilih mengalah dan mempersiapkan segalanya di Korea. Beruntung, itu bukanlah hal yang sulit untuk mereka, karena ada orang-orang yang dengan senang hati mengurus itu untuk mereka.

Sedangkan Mina, dia harus ekstra bersabar menghadapi Sana yang berkali-kali lipat lebih manja dan terus menerus merengek seperti anak kecil kepadanya.

Seperti sekarang, di saat dirinya tengah begitu sibuk menyiapkan tugas kuliah yang harus segera di kumpulkan, Sana justru terus saja menanyakan pertanyaan yang sama seperti kemarin-kemarin.

"Sana?" Teguran bernada kesal akhirnya Mina berikan. Dia lelah mendengar Sana terus-menerus merengek dan bersikap manja.

"Aku akan terus menanyakannya sebelum kau mengabulkan permintaanku."

"Oke. Aku akan melakukannya. Tapi kau harus janji untuk tidak menggangu ku selama seminggu ini, bagaimana?" Keputusan akhirnya di buat. Mina menyerah karena tak sanggup lagi menghadapi sikap Sana.

"Deal." Tanpa berpikir panjang Sana langsung menyetujuinya. Menjauhkan dirinya dari Mina lalu sibuk memainkan ponselnya.

Awalnya Mina sedikit terkejut karena Sana begitu mudah menyetujui syarat yang dia berikan tanpa memikirkannya. Tapi sedetik kemudian, Mina tak yakin jika Sana bisa melakukan itu hanya demi permintaannya terkabulkan.

Faktanya, Sana seketika diam seribu bahasa dan tak mengganggu Mina sama sekali. Asyik dengan ponsel miliknya dan membiarkan Mina kembali fokus dengan tugas-tugas kuliahnya yang menumpuk.

Mina pikir, sikap diam Sana hanya akan bertahan 5 atau 10 menit. Tapi kenyataannya, sampai semua tugas kuliahnya selesai, Sana mampu bertahan untuk tidak mengganggunya. Itu artinya, sudah hampir 5 jam sejak keduanya menyepakati perjanjian tidak tertulis itu.

"Sana?" Panggil Mina menutup laptopnya.

"Kau sudah selesai?" Tanya Sana mengalihkan perhatiannya dari layar ponsel.

"Hm."

"Aku sampai mengantuk menunggumu selesai belajar." Keluhnya lalu membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur.

"Kau.... Baik-baik saja kan?" Tanya Mina penuh khawatir menatap Sana.

"Apa kau sakit?" Lanjutnya.

"Gwenchana. Jinjja gwenchana. Kenapa kau tiba-tiba bertingkah aneh seperti ini?" Sahut Sana terkekeh geli. Lalu bangkit dari baringannya untuk duduk menghadap Mina.

Melihat Mina mengkhawatirkannya seperti ini membuat Sana sedikit merasa tak nyaman.

"Ini bukan seperti dirimu yang sesungguhnya. Aku hanya takut terjadi apa-apa denganmu. Apa mungkin, sebelum kau kemari kepalamu itu sempat terbentur atau yang lainnya?"

"Kau mengkhawatirkan ku? Jinjja?" Tanya Sana tak percaya diiringi senyum bahagia. Jarang-jarang dia mendapatkan perhatian seperti ini dari Mina.

"Gwenchana. Jinjja gwenchana." Lanjutnya menangkup kedua pipi Mina lalu kembali ke posisinya semula.

Untuk beberapa saat keduanya saling terdiam. Sana yang kembali merebahkan tubuhnya dan fokus dengan ponselnya, dan Mina yang berkutat dengan pemikirannya.

"Sana-ya?" Panggil Mina lagi ikut membaringkan tubuhnya di sebelah Sana.

"Hm."

"Kau.... Sungguh-sungguh dengan permintaanmu itu?" Tanyanya merubah posisi menjadi menyamping dan menatap Sana dengan serius.

Jaljayo, goodnightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang