15. Worried

107 7 2
                                    

Tanggal penulisan :

15 November pukul 8.45 (belum termasuk revisi)

Enjoy....

Perkataan Dokter Kang beberapa waktu yang lalu sungguh mengganggu pikiran Jennie hingga saat ini. Jika benar pasien yang sedang ia tangani adalah gadis yang di maksud Dokter Kang, itu artinya pekerjaannya di rumah sakit ini akan terancam.

Tok tok tok...

Suara ketukan pintu menyadarkan Jennie dari lamunannya. Seingatnya, dia tidak memiliki janji dengan siapapun.

"Masuk." Ucapnya memberi izin.

Ceklek...

Pintu terbuka, memperlihatkan Mina di ambang pintu yang masuk ke dalam ruangannya setelah menutup pintu.

"Eoh, Mna-ssi?" Ucap Jennie menyambut dengan ramah meski dia sedikit terkejut dengan kedatangan Mina yang tiba-tiba. Seperti telepati saja. Di saat Jennie tengah memikirkannya, orangnya justru hadir di depan mata.

"Apa aku mengganggu?" Tanya Mina yang masih berdiri di ambang pintu.

"Tidak, duduklah." Ucap Jennie mempersilahkan seraya bangkit dari kursinya untuk berpindah ke salah satu sofa yang ada di ruangannya.

"Maaf aku datang tanpa membuat janji terlebih dahulu." Sesaknya seraya melangkah masuk dan duduk di sebelah Jennie.

"Gwenchana. Kebetulan aku sedang tidak ada pasien. Ada apa? Setahuku kau tidak ada jadwal terapi hari ini." 

"Ini mengenai pengobatan ku. Bisakah... Kau mengalihkannya ke rumah sakit lain?" Pinta Mina to the point.

"Kenapa? Apa aku membuatmu tidak nyaman? Atau pelayanan ku yang kurang memuaskan?" Permintaan itu sontak membuat Jennie terkejut. Ia begitu takut jika memang sudah membuat kesalahan tanpa dia sadari.

"Ani, bukan itu. Aku sangat puas dengan caramu memperlakukan pasien seperti ku, sungguh. Hanya saja.... Kau pasti sudah mendengar kabar itu dari Dokter Kang kan?"

Sejenak, Jennie terdiam. Percakapannya dengan Dokter Kang yang tadi sempat ia pikirkan sebelum Mina datang rupanya memang benar.

"Ah.... Soal itu. Jadi itu benar?" Tanyanya memastikan.

"Nde. Aku tidak ingin ibuku tahu kalau aku sakit, dengan tetap di rawat di rumah sakit ini."

"Tapi Mina-ssi~" Bukannya tak ingin mengabulkan, Jennie hanya tak mau kalau nantinya dia di tuduh menyembunyikan penyakit Mina dari keluarganya sendiri.

"Jaebal." Pinta Mina memohon.

"Baiklah, aku akan mengurusnya." Putus Jennie akhirnya. Dia tak bisa memaksa jika itu memang benar keinginan Mina.

"Terimakasih."

"Ingin minum sesuatu?" Tawar Jennie seraya berdiri dan berjalan ke salah satu sudut ruangannya.

"Boleh. Apa ada Americano?"

"Tentu saja."

"Gadis yang biasa menemanimu kemari, kemana? Kenapa datang sendiri?" Tanya Jennie berbasa-basi sembari tetap fokus membuat minuman mereka.

"Ah.... Dia sedang kuliah. Aku memang sengaja datang kemari."

Sembari menunggu, Mina terlihat bangkit dari duduknya dan memperhatikan ruang kerja Jennie yang terbilang cukup nyaman meskipun dia baru Dokter magang. Sesuatu di atas meja kerja Jennie menarik perhatian, membuat Mina melangkah untuk mendekati. Dia mengambil bingkai foto itu dan terlihat mengamati.

Jaljayo, goodnightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang