Tanggal penulisan :
15 Oktober 2022 pukul 20.12
Pagi ini perasaan Mina kembali tak bersahabat sama seperti semalam setelah menceritakan apa yang terjadi sebenarnya kepada Sana. Sama seperti Mina, Sana juga terkejut saat tahu jika yang memberikan jantung untuk Nayeon adalah Eunha. Teman Mina di panti asuhan yang dia sendiri juga mengenalnya. Hanya bedanya, Sana tak menangis. Mungkin karena keduanya sebatas saling mengenal dan tak terlalu dekat seperti Mina.
"Kau ingin kita mengunjunginya?" Tanya Sana memberi tawaran setelah sang kekasih bisa kembali tenang.
"Bagaimana?"
"Kita tanya pada Jennie unnie. Pihak rumah sakit pasti tahu kemana mereka membawa mayat Eunha pergi." Mina mengangguk setuju. Dia benar tak tahu lagi harus berbuat apa. Ini, begitu mendadak dan mengejutkan batinnya.
"Tapi sebelum itu, kita harus temui Nayeon unnie terlebih dahulu. Dia sangat khawatir saat tahu kau tiba-tiba menghilang semalam." Lagi, Mina mengangguk sebagai jawaban.
***
Kondisinya yang masih lemah dan belum pulih sepenuhnya memaksa Nayeon untuk tak pergi kemana-mana. Hanya untuk merubah posisi dari berbaring menjadi setengah duduk saja dia masih kesulitan dan merasakan sakit di area dadanya. Apalagi untuk turun dari tempat tidur? Membayangkannya saja Nayeon tak akan bisa. Semua anggota keluarganya dan tentu Jisoo pasti akan melarangnya dengan tegas.
Meski begitu, sifat keras kepala Nayeon tampaknya tengah dalam mode aktif sekarang. Bagaimana tidak? Semua orang di sekitarnya di buat ekstra bersabar karena dirinya yang tak mau menyantap sarapan paginya. Alasannya, karena dia tidak lapar dan tidak sedang ingin memakannya.
Padahal, Chaeyoung dan Jisoo sendiri tahu jika semalam Nayeon hanya makan 5 suap dan setelah itu tak ada asupan apapun yang masuk ke dalam tubuhnya. Bagaimana bisa Nayeon bilang jika dirinya masih kenyang?
Tak kehabisan akal, Jo Kwon dan Sunmi yang sejak tadi juga ikut membujuk, menawarkan bermacam-macam pilihan agar Nayeon mau makan. Tapi, hasilnya tetap sama. Nayeon masih enggan untuk berkata iya.
"Sayang, jangan buat eomma dan appa khawatir begini. Kalau Nayeon memang menginginkan sesuatu, katakan saja. Eomma dan appa pasti mengabulkannya asalkan itu memang yang terbaik untukmu." Ucap Sunmi lemah lembut. Masih berusaha membujuk sang anak untuk mau sarapan.
"Aku hanya sedang tidak ingin makan eomma. Jadi jangan paksa aku lagi." Sahut Nayeon tegas seraya memalingkan wajahnya dari sang ibu.
Menghela nafas sejenak, Sunmi akhirnya menyerah. Jika Nayeon lebih di paksa bisa-bisa kesehatan sang anak yang menjadi taruhannya.
"Geure, eomma tidak akan memaksa lagi. Tapi, kalau Nayeon sudah merasa lapar, Nayeon bilang, okey?" Nayeon mengangguk tapi tetap pada pandangannya ke arah jendela.
Turun dari tempat tidur sang anak, Sunmi melangkah mendekati sang suami dan si bungsu yang duduk di sofa. Sementara Jisoo yang sejak tadi berdiri di sebelah tempat tidur Nayeon menarik kursi yang sejak tadi kosong untuk dia duduki dan menggenggam tangan Nayeon.
"Kau kenapa, hm?" Tanya Jisoo pelan dan hati-hati seraya tersenyum dan mengusap kepala Nayeon.
Dia tadi juga sudah berusaha untuk membuat Nayeon makan, tapi apalah daya jika Nayeon sudah mengatakan tidak dengan dibarengi tatapan tajam. Jisoo, tak bisa lebih jauh memaksa.
"Aku baik-baik saja." Jawab Nayeon acuh.
"Kau cemas karena Mina belum juga datang?" Pertanyaan lirih itu berhasil mengambil atensi Nayeon sepenuhnya dan membuatnya memalingkan wajah dengan tatapan tak percaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jaljayo, goodnight
Fanfictionaku tak tahu bagaimana kehidupanku di masa lalu, aku tak tahu kenapa aku terlahir di dunia. Namun satu hal yang pasti aku tahu.... kehadiranku.... tak pernah diharapkan olehnya.