19. Be Afraid

86 8 2
                                    

Tanggal penulisan :

25 November 2021 pukul 11.42 (belum termasuk revisi)

Enjoy gays...

Gila. Sana benar-benar sudah di buat gila dengan nafsu seksualnya. Sedikit saja, dia tidak membiarkan Mina untuk bernafas lega. Setelah gadis itu bangun dari tidurnya dan mengisi tenaga, Sana kembali memintanya untuk melayani hasratnya. Tentu, Mina tidak bisa menolak karena dia juga tidak ingin mengecewakan Sana meskipun tubuhnya rasanya sudah hancur lebur tak bersisa.

Seminggu sudah, keduanya menghabiskan waktu hanya di rumah. Saling berbagi keringat dan nikmat di manapun tempat. Saat ini saja, mereka baru menyelesaikan pertempuran setelah hampir 3 jam berlalu, meskipun hanya beralaskan karpet dan sofa yang ada di ruang menonton.

Ya. Awalannya, keduanya memang hanya menonton sebuah film setelah makan siang. Menikmati waktu bersantai sembari bermanja-manja ria. Tapi, seiring berjalannya waktu, Sana tak berhasil mengontrol hasratnya lagi saat sebuah adegan di film memperlihatkan halal yang romantis. Awalnya, keduanya hanya berciuman, tapi lama kelamaan tangan Sana yang nakal mulai menjelajah kemana-mana dan berakhir kan dengan keduanya yang lagi-lagi melakukan hubungan seks.

Tak ingin membuat Mina jatuh sakit karena ulah nya, Sana segera memungut pakainya yang berserakan dimana-mana dan memakainya tanpa menggunakan pakaian dalam terlebih dahulu. Lalu menggendong Mina ke kamar mereka dan menidurkannya di tempat tidur seraya menyelimuti nya dengan selimut. Setelah itu, Sana beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

Rasa bangga dan puas kini sudah Sana dapatkan setelah melihat Mina begitu tenang dan lelap dalam tidurnya. Dia tak ingin lagi menyiksa sang kekasih dengan gairah seksual yang meninggi. Hari ini, dia akan menghentikan kegilaannya dan membiarkan Mina benar-benar beristirahat.

Tak berniat menyusul Mina ke alam mimpi atau bahkan mengganggu, Sana lebih memilih mengambil ponselnya yang sengaja ia simpan di dalam meja nakas. Menyalakannya kembali setelah satu minggu dia matikan. Meninggalkan ponselnya terlalu lama membuat Sana cukup penasaran dengan apa yang akan di dapatnya nanti.

Baru saja ponselnya menyala, ribuan notifikasi pesan dan panggilan tak terjawab dari satu orang sudah memenuhi layar ponselnya. Sana tersenyum geli karena melihat tingkah calon adik iparnya yang begitu overprotective sekaligus lucu. Hendak membuka salah satu pesan yang dikirimkan, sebuah panggilan masuk dari orang yang sama sudah memenuhi layar ponselnya terlebih dahulu. Tak ingin membuat sang adik menunggu, Sana segera mengangkat panggilan itu.

"Hallo."


"Unnie!!!" Bukannya membalas sapaan yang Sana berikan, Chaeyoung justru meneriaki gadis Jepang itu begitu kencang. Sampai Sana dengan reflek menjauhkan ponselnya dari telinga.

Hampir saja Sana mengumpat dan melontarkan kata-kata kasarnya kepada Chaeyoung jika saja dia tak sadar kalau Mina tengah tertidur di sebelahnya.

"Ya! Kenapa harus berteriak seperti itu? Aku tidak tuli. Kau hampir membuat telingaku pecah karena suaramu itu."

Ucap Sana penuh kekesalan.

"Aku tidak peduli! Unnie kemana saja? Kenapa tidak datang ke rumah sakit? Kenapa ponsel kalian sama-sama tidak aktif? Kenapa sama sekali tidak memberi kabar? Kenapa~"

"Chaeyoung-ah, tanyakan satu-satu."


"Kau menyebalkan unnie. Kau menyebalkan."

"Mianhae, hm?"


Chaeyoung terdiam sejenak, helaan nafas panjang terdengar sebelum ia menjawab permintaan maaf Sana.

Jaljayo, goodnightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang