11. Hampa

86 9 4
                                    

Tanggal penulisan :

10 November 2021 pukul 8.23 (belum termasuk revisi)

Enjoy gays....

Pencarian tentang keberadaan Mina terus di lakukan. Tak hanya orang-orang suruhan Jo Kwon, tapi juga orang-orang suruhan dari keluarga Sana yang ikut membantu pencarian.

Setelah malam dimana Chaeyoung menemui Sana dan mengatakan semuanya, malam itu juga Sana langsung menghubungi kedua orang tuanya dan meminta mereka untuk ikut membantu mencari keberadaan Mina. Tentu, tanpa pikir panjang mereka langsung mengabulkan permintaan sang putri tercinta dan mengarahkan orang-orang terbaik untuk mencari keberadaan calon menantu mereka itu.

Satu bulan hampir berlaku setelah kepergian Mina dari rumah itu. Tapi, entah kenapa justru rasa sepi dan hampa yang Nayeon rasakan setiap kali ia pulang dan melihat keadaan rumahnya.

Padahal dulu, meskipun dia jarang di rumah dan menghabiskan waktu bersama keluarganya, Nayeon tak pernah merasakan perasaan seperti ini. Ibunya selalu menelfon atau mengirimkan pesan kepadanya, menanyakan apakah dia sudah makan atau belum, apa yang sedang dia lakukan, kapan dia akan pulang, atau lain sebagainya.

Sang ayah juga akan selalu bertanya tentang bagaimana kegiatan kuliahnya, apakah dia mengalami kesulitan dalam belajarnya mengurus perusahaan, ataupun hal-hal sepele yang menurutnya tidak penting.

Begitupun dengan Chaeyoung sang adik. Meskipun terlihat cuek dan seolah tak peduli, tapi adiknya itu akan selalu memarahinya jika dia pulang terlalu larut. Menyambutnya dengan sebuah pelukan hangat dan senyum bahagia setiap kali dia pulang, dan selalu bersikap berlebihan jika pesan atau telfonnya di abaikan.

Tapi kini, semua itu seakan hilang. Ibunya memang sudah keluar dari rumah sakit sejak 3 minggu yang lalu. Sang ayah juga selalu ada di rumah atau sesekali pergi ke kantor jika di butuhkan. Dan Chaeyoung... Juga masih sama seperti biasanya. Rutinitas sehari-hari yang mereka lakukan pun juga masih sama. Seperti sekarang, mereka berkumpul di meja makan untuk sarapan bersama.

Anehnya, tidak ada siapapun yang berniat membuka obrolan. Mereka hanya diam dan menikmati sarapan mereka masing-masing lalu pergi begitu saja tanpa pamit.

"Chaeyoung-ah?" Tegur Nayeon pada sang adik sebelum dia memasuki mobilnya.

"Hati ini ada film terbaru di bioskop. Bisakah.... Kita pergi bersaman menontonnya?" Lanjutnya.

'Aku tidak bisa." Tolak Chaeyoung tanpa basa-basi dan langsung membuka pintu mobilnya. Bahkan, melirik sang kakak saja tak Chaeyoung lakukan.

"Chaeyoung-ah?" Teguran kembali Nayeon berikan dan dengan cepat menahan Chaeyoung agar tidak masuk mobilnya.

"Apa kesalahanku terlalu besar sampai kau harus mengacuhkan unnie seperti ini?" Tanya Nayeon terlihat kesal.

"Unnie tanyakan saja pada diri unnie sendiri."

"Aku hanya melakukan apa yang harusnya appa dan eomma lakukan dari dulu. Apanya yang salah?"

"Unnie tidak akan pernah mengerti selama di hati unnie itu masih ada kebencian untuk Mina unnie."

"Chaeyoung-ah~"

"Aku malas berdebat dengan unnie. Ini masih terlalu pagi untukku kehilangan mood. Jadi jangan merusaknya lagi karena perkataan unnie." Setelah mengatakan itu, Chaeyoung benar-benar masuk ke dalam mobilnya dan pergi dari sana begitu saja.

Ini memang bukan kali pertama keduanya beradu pendapat. Tapi kenapa rasanya begitu sakit saat mendengar Chaeyoung mengatakan kalimatnya? Apa ini yang Mina rasakan setiap kali dia melemparkan kata-kata kasar dan dingin karena kebenciannya?

Jaljayo, goodnightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang