27. Separation

95 7 0
                                    

Tanggal penulisan :

9 Desember 2021 pukul 16.26 - 13 Desember 2021 pukul 7.14 (belum termasuk revisi)

Bakalan jadi chapture terpanjang sejauh ini. Semoga kalian tetep sabar buat bacanya.

Happy reading gaya... 🤣🤣🤣

Menghabiskan waktu bersama hampir satu bulan lebih lamanya untuk menikmati semua festival musim dingin yang ada, membuat ketiganya tak rela untuk kembali ke negera asal dan berpisah. Terutama Sana yang terlihat masih belum bisa mengizinkan Mina untuk secepatnya kembali ke Korea.

Malam ini saja, gadis Jepang itu terlihat murung dan kecewa di atas tempat tidurnya. Asyik bermain ponsel membiarkan Mina mengemas sendiri barang-barang bawaannya tanpa berniat sedikitpun untuk membantu.

Apalagi alasannya kalau bukan karena Mina yang tak mau mengabulkan permintaannya untuk menunda kepulangannya ke Korea besok pagi. Padahal, Sana sendiri tahu betul jika sang kekasih harus segera kembali untuk melanjutkan pendidikannya yang sempat tertunda setelah hampir 2 tahun lamanya.

Selain itu, besok adalah hari pertamanya untuk mulai bertugas di rumah sakit sang ibu sebagai Dokter magang. Jadi, seharusnya Sana bisa lebih memanfaatkan waktu terakhirnya bersama Mina malam ini ketimbang justru marah tidak jelas seperti saat ini.

"Sayang." Tegur Mina penuh kelembutan. Sungguh, diacuhkan seperti ini oleh kekasih sendiri membuat Mina sangat tidak nyaman.

"Hm." Gumam Sana acuh masih fokus dengan ponselnya.

"Perhatikan aku sebentar. Aku ingin bicara." Masih dengan kelembutannya, Mina berusaha menarik perhatian sang kekasih dengan menggenggam tangannya yang sedari tadi menganggur.

"Apa?" Sebenarnya, Sana sama sekali tak ingin memperlihatkan kekesalannya saat ini kepada Mina. Tapi, dia tidak bisa. Alhasil, wajah cemberutlah yang terpasang.

"Aku tidak mungkin bisa pergi kalau kau terus menampakkan wajahmu yang seperti ini." Usapan lembut di pipi diberikan guna memberi sedikit ketenangan.

"Kalau begitu jangan pergi."

"Sana~"

"Arra. Jadi pergilah. Aku tidak akan melarangnya lagi." Memalingkan wajahnya begitu saja, Sana kembali fokus dengan ponselnya dan mengabaikan Mina begitu saja.

Menghadapi Sana yang tengah dalam mood seperti ini membuat Mina harus ekstra bersabar. Menghembuskan nafas sejenak, Mina kembali meraih tangan Sana yang tadi sempat di lepas paksa.

"Hey, dengar. Kita pasti bisa melewatinya bersama-sama. Sebelumnya, kita kan sudah pernah melakukannya. Ya, walaupun aku tahu saat itu dan sekarang status kita berbeda." Mengusap tangan Sana dengan lembut, Mina berusaha untuk memberi pengertian.

"Kau juga harus ingat, kalau aku yang terlebih dulu menghampirimu saat itu. Kau tahu kan kalau aku tidak akan mungkin bisa menahan rindu terlalu lama denganmu? Sudah cukup aku menunggumu 2 tahun saat itu." Sahut Sana yang akhirnya mau menatap Mina dengan lekat.

"Arra. Tapi, Korea dan Jepang jaraknya tidak terlalu jauh. Kita juga tidak terpaut perbedaan waktu, jadi aku pikir itu tidak akan jadi masalah untuk kita dan akan jauh lebih mudah. Baik aku ataupun kau, kita bisa saling menghubungi satu sama lain kapanpun kita inginkan. Kita juga bisa saling mengunjungi. Jangan jadikan ini semua sebagai penghalang untuk hubungan kita. Aku janji, aku akan secepatnya menyelesaikan semuanya dan segera menjemput mu kembali. Jadi, kau juga harus secepatnya menyelesaikan semua tugas yang di berikan Mama agar kita bisa segera bersama lagi." Ucap Mina panjang lebar memberi pengertian.

"Baiklah. Aku akan mengalah dan mengizinkanmu untuk kembali. Tapi, kau juga harus berjanji satu hal padaku."

"Apa?"

Jaljayo, goodnightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang