44. Depresi

83 7 3
                                    

Tanggal penulisan :

3 September 2022 pukul 22.27 (belum termasuk revisi)

Happy reading gays...

Semua orang dengan wajah cemas nya terlihat tengah berkumpul di depan ruang IGD. Menunggu kabar yang tak pasti dari dalam sana dengan harapan setinggi awan.

Sementara itu, Mina yang mengalami luka tembak di bahunya tengah melakukan operasi karena dirinya yang tiba-tiba jatuh pingsan tepat setelah mereka sampai di depan rumah sakit.

2 orang pria dewasa yang baru saja terlihat, langsung menghampiri mereka untuk memastikan keadaan.

"Bagaimana?" Tanya Jo Kwon pada sang istri.

"Dokter masih memeriksanya."

"Mina? Dimana Mina?"

"Dia ada di ruang operasi."

"Dia melarang kita untuk menunggunya. Dia ingin kita lebih dulu memastikan keadaan Sana sebelum menemuinya." Sahut Nayeon menambahkan sebelum sang ayah terlanjur salah paham.

Ceklek...

Pintu terbuka, memperlihatkan 2 orang Dokter pria keluar dari sana.

"Bagaimana? Apa keadaan Sana baik-biak saja?" Tanya Tn. Minatozaki pada keduanya.

"Nona Sana baik-biak saja Tuan. Semua luka yang ada di tubuhnya sudah kami obati. Sekarang, Nona Sana masih dalam pengaruh biasanya. Setelah ini kami akan segera memindahkannya ke ruang rawat." Beritahu salah satunya menjelaskan.

"Syukurlah." Wajah kelegaan seketika terpancar dari mereka semua saat mendengarnya.

"Saya sarankan sebaiknya Nona Sana tetap didampingi sampai dia sadarkan diri. Kita, tidak tahu pasti bagaimana reaksinya nanti."

"Baiklah Dokter, terimakasih."

"Sama-sama Tuan. Kalau begitu kami permisi."

Setelah kepergian 2 Dokter itu, Ny. Mayu di bantu Sunmi bangkit dari kursinya untuk menghampiri sang suami. Dia masih terlihat syok dan tak berdaya melihat apa yang menimpa pada Sana.

"Pria brengsek itu. Kalian membawanya kemana?" Tanya Sunmi pada keduanya.

"Aku dan Jo Kwon sepakat untuk memberinya perawatan terbaik. Tapi kalian tenang saja, dia tidak akan bisa pergi kemanapun." Jawab Tn. Minatozaki seraya membawa sang istri ke dalam pelukan memberi ketenangan juga kekuatan.

"Kenapa kalian tidak membunuhnya saja, ha?"

"Membunuh seseorang tidak semudah itu sayang." Jawab Jo Kwon mengusap wajah Sunmi seraya tersenyum memberi pengertian.

"Lagipula, yang berhak menghukumnya adalah Mina, bukan kita. Meskipun aku sendiri juga sangat dendam padanya karena sudah berani menyentuh putri kita." Sahut ayah Sana menambahkan.

"Kalau itu memang keputusan kalian, kami akan menerimanya."

***

Ruangan super besar itu memang sengaja di siapkan untuk Sana. Selain demi kenyamanan, tapi juga karena privasi yang mereka butuhkan.

Sementara kedua orang tua Mina serta suaminya tengah beristirahat di sofa, Ny. Mayu terlihat duduk di sebelah tempat tidur sang anak dengan setia. Menggenggam tangannya yang tak terbalut infus seraya membelai kepalanya.

Luka-luka lebam di wajah cantik Sana membuatnya tak henti untuk menitihkan air mata. Dia benar-benar tak sanggup melihat keadaan Sana seperti ini. Dia merasa dirinya gagal sebagai seorang ibu juga orang tua karena tak berhasil menjaga Sana dengan baik.

Jaljayo, goodnightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang