06. Minion

99 9 5
                                    

Tanggal penulisan :

24 Oktober 2021 (belum termasuk revisi)

Happy reading gays....

Hari libur adalah saat terbaik untuk berhibernasi. Menghabiskan waktu sepanjang hari dengan bermalas-malasan di dalam kamar tanpa melakukan apapun. Kegiatan yang selalu rutin Mina lakukan tanpa pernah sedikitpun terlewatkan.

Sayangnya, pagi ini rutinitas itu harus rela Mina tinggalkan kala seseorang dengan seenaknya datang ke rumahnya dan merengek memintanya untuk pergi jalan-jalan bersama.

Terpaksa, Mina pun mengabulkan permintaannya. Karena jika tidak, dia pasti akan terus merengek dan berada di rumahnya sepanjang hari.

"Eomma? Dia siapa?" Tanya Chaeyeong pada sang ibu seraya menatap seseorang yang ada di bawah sana.

Keduanya berpapasan di tengah tangga saat Chaeyoung hendak menuju lantai 2 sedangkan sang ibu yang turun dari lantai 2.

Dia baru saja melintasi ruang tamu dan mendapati sosok yang tak di kenalnya tengah duduk santai memainkan ponselnya dan tak menyadari keberadaan Chaeyoung tadi di sana.

"Teman kakakmu."

"Nayeon unnie?"

"Bukan. Mina unnie."

"Eomma? Aku pergi." Pamit Mina seraya mencium pipi Sunmi dan menghentikan obrolan ibu dan anak itu.

"Unnie? Pulang bawakan aku jus strawberry." Pinta Chaeyoung sebelum sang kakak melangkah lebih jauh.

Tak merespon permintaan sang adik, Mina tetap melanjutkan langkahnya. Mencolok bahu gadis yang duduk di sofa ruang tamu seraya berkata dan melangkah pergi.

"Kau masih mau tetap disini atau pergi?"

Bangkit berdiri, gadis itu sama sekali tak marah saat Mina meninggalkannya begitu saja. Menaruh ponselnya ke dalam tas, dia masih sempat-sempatnya berpamitan dengan Sunmi dan Chaeyoung yang menatapnya sebelum akhirnya menyusul Mina.

***

Pertemanan keduanya memang baru terjalin 3 tahun, itu pun 2 tahun sisanya harus dengan LDR. Tapi, bukan berarti mereka tak saling mengenal dan memahami satu sama lain. Bahkan, jika di bandingkan teman-teman Mina yang lain, mungkin hanya Sana yang paling mengerti Mina sampai titik terdalam.

Terbukti, meskipun Sana yang mengajaknya untuk pergi jalan-jalan, tempat yang mereka tuju selalu berdasarkan persetujuan Mina. Walau terkadang Sana sendiri menolaknya karena tak menyukai tempat itu.

Seperti sekarang, setelah keduanya selesai menonton, Mina mengajak Sana untuk ke salah satu toko buku yang ada di pusat perbelanjaan itu. Padahal, tidak ada buku yang ingin dia beli sekarang.

"Masih belum menemukan apapun?" Tanya Sana terlihat mulai bosan karena sudah hampir setengah jam keduanya ada di toko itu dan tak ada satupun buku yang Mina ambil.

"Memang tidak ada yang ingin aku beli."

"Lalu untuk apa kita kemari?"

"Hanya melihat-lihat." Jawab Mina santai seraya meletakkan buku yang baru saja dia bawa ke tempat semula dan melangkah pergi.

"Dasar menyebalkan."

"Kau lapar kan? Kajja."

Bukannya menanggapi kekesalan sahabatnya itu atau meminta maaf, Mina justru menggandeng tangan Sana untuk pergi dari tempat itu dan menuju salah satu restoran yang ada di pusat perbelanjaan itu.

***

Mina yakin betul jika malam ini dirinya tidak akan bisa tertidur dengan pulas dan harus membutuhkan obat tidur untuk membantunya terlelap. Sekarang saja, rasa sakit di kepalanya sudah mulai terasa. Padahal dia belum sampai di rumah dan masih menemani Sana memuaskan hasrat jalan-jalannya. Untung saja rasa sakitnya masih bisa ia tahan, jadi dia tidak perlu khawatir jika Sana akan mengetahuinya.

Jaljayo, goodnightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang