60. Overcast

53 7 9
                                    

Tanggal penulisan :

20 Oktober 2022 pukul 10.37 (belum termasuk revisi)

Pesta yang diadakan sudah berlangsung sejak setengah jam lalu. Prosesi potong kue juga sudah dilakukan karena tak ingin para tamu undangan menunggu. Kini, mereka hanya tinggal menikmati acara yang sudah disiapkan. Mulai dari live music, hidangan yang telah disajikan, atau hanya sekedar mengobrol dengan para teman.

Sayangnya, kebahagiaan yang tengah Jisoo tunjukkan saat ini berbanding terbalik dengan perasaannya sekarang. Bukan, bukan karena Jisoo tak suka atau tak bersyukur dengan pesta yang keluarganya adakan atas dasar usulan Jennie. Tapi, itu karena sesuatu yang lain.

Ya, siapa lagi sang pembuat ulahnya jika bukan kekasihnya sendiri, Nayeon. Entah sudah berapa ratus kali Jisoo berusaha menghubunginya sejak sebelum dimulainya acara. Tapi, tak ada satupun dari pesan itu di jawab. Bahkan, di baca saja tidak. Panggilan yang dia buat tak ada yang di jawab meski tersambung.

***

Sementara itu, di rumah sakit, Jo Kwon beserta keluarga masih di buat menunggu dengan perasaan cemas sekaligus takut. Di dalam sana sang anak masih di periksa dan belum menunjukkan tanda-tanda akan ada Dokter yang keluar menemui mereka.

Ceklek...

Suara pintu akhirnya terbuka. Mengalihkan semua atensi orang yang ada di sana termasuk Mina yang sejak tadi hanya duduk dan bersandar di bahu Sana. Lee Kwang terlihat keluar dari sana seraya membuka masker yang di pakainya.

"Bagaimana? Keadaan Nayeon, dia baik-baik saja kan?" Tanya Sunmi pada sang adik penuh harap.

"Kita harus bersyukur karena dia masih bisa bernafas sekarang. Tapi~" Beritahu Lee Kwang terpotong.

"Tapi apa?" Tanya Mina bangkit dari duduknya.

"Kita tak tahu sampai kapan Nayeon akan bertahan. Jantung buatan itu, sepertinya sudah tak lagi berfungsi dengan semestinya." Lanjutnya memberitahu.

"Itu tidak mungkin." Sunmi yang tak siap mendengar kabar buruk itu seketika luruh ke lantai. Tangisnya pecah dan air matanya mengalir deras bak samudera.

"Sunmi-ya." Jo Kwon yang memang berada di sebelah sang istri dengan sigap langsung bersimpuh dan membawa Sunmi ke dalam dekapannya.

"Kau pasti punya cara lain untuk menyelamatkannya Paman." Ucap Mina dingin namun penuh tekanan.

Sana yang masih duduk pun spontan berdiri dan mendekati sang kekasih. Meraih tangan Mina perlahan lalu di genggam untuk menenangkannya.

"Mina-ya~"

"Aku tidak ingin mendengar apapun tentang kakakku! Kau sudah pernah menyelematkan nyawanya saat itu. Jadi, kau pasti bisa melakukannya lagi."

"Mina-ya! Kita bukan Tuhan! Kita hanya manusia biasa yang tak bisa melawan takdir." Tegas Lee Kwang tanpa sadar meninggikan nada bicaranya. Dia juga frustasi dengan keadaan sang keponakan saat ini.

Namun, sepersekian detik kemudian Lee Kwang memejamkan matanya dan menghembuskan nafasnya pelan. Dia sadar jika dia sudah keterlaluan dan tak seharusnya membentak Mina seperti barusan.

"Satu-satunya cara yang bisa kita lakukan hanya dengan kita menemukan donor jantung yang pas untuk kakakmu sebelum semuanya terlambat." Beritahu Lee Kwang setelah emosinya mereda.

"Kalau begitu ambil jantungku saja dan berikan pada Nayeon unnie." Ucap Mina asal yang membuat semua orang tersentak.

"Mina-ya! Nak! Honey! Unnie!"

Serempak mereka semua menegur Mina dengan tegas diiringi tatapan tajam tak percaya sekaligus tak suka. Mereka tentu tak akan pernah membiarkan hal itu terjadi apapun alasannya. Mina, sudah benar-benar kehilangan akal sehatnya sekarang.

Jaljayo, goodnightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang