HC | 08

47K 2.9K 8
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.....

Mobil berwarna putih itu berhenti tepat di depan cafe yang biasa Zira dan Ansel datangi, sehabis kelas kuliahnya tadi ia menghubungi gadis itu untuk bertemu.

Sebelum keluar ia membayar dengan sejumlah uang pada sopirnya, ia melihat kanan dan kiri. Rasanya sudah lama ia tidak menginjak dunia luar, padahal masih dua hari Zira berada di pesantren.

Gadis itu segera masuk ke dalam cafe, mendapati Ansel yang tengah duduk di pojok dekat dengan jendela.

"Sel!" Zira melambaikan tangannya saat Ansel menoleh kepadanya.

Ia berlari kecil menghampirinya, lalu duduk tepat di depan Ansel.

"Dari mana aja sih Lo? Kemarin gue telpon ga aktif." Cibir Ansel.

"Iya sorry, aku aja seharian ga pegang ponsel." Ujar Zira cemberut.

"Lah emang ponsel lo kemana?" Tanya Ansel.

"Disita!"

"Sama bokap Lo?" Tanya Ansel lagi, Zira menggeleng membuat sahabatnya ini mengernyitkan dahi.

"Disita sama pengurus pesantren!" Zira mengerucutkan bibirnya.

"Hah? Maksudnya?" Ansel tampak bingung dengan jawaban Zira.

"Jadi gini..." Zira menghembuskan nafasnya sebelum melanjutkan berbicara.

"Wait, sebelum Lo cerita. Mending pesen dulu, gue udah laper." Ansel berkata saat baru saja Zira akan menceritakan semuanya.

"Yeu dasar!"

Mereka pun memesan makan dan minum terlebih dahulu, Zira juga sebenarnya merasa lapar karena memang sudah jam waktunya makan siang.

"Oke, jadi gimana?" Tanya Ansel penasaran setelah mereka selesai memesan.

"Jadi, Abah masukin aku ke pesantren kemarin." Jawab Zira lesu.

"What? Pantesan Lo gue hubungin ga bisa." Kejut Ansel.

Ansel menatap wajah malas Zira. "Terus Lo betah di sana?"

"Gak! Aku bosen banget tau di sana. Mangkanya bantuin aku kabur!" Ujar Zira.

"Astaga, ga baik Zira! Bokap Lo kan udah percaya sama Lo, masa Lo mau buat kecewa orang tua Lo?" Bukannya membantu Ansel malah menasehatinya.

"Ah! Tapi gue ga suka di sana." Keluh Zira.

"Lo kan masih dua hari di sana, coba deh beberapa bulan aja. Kalau Lo masih tetep ga betah, gue bantuin kabur." Putus Ansel.

Zira menatap Ansel lesu, jadi ia harus tetap berada di sana? Bahkan Zira tidak tau sampai kapan ia akan bertahan di penjara suci itu.

"Udah Lo tenang! Cobain aja dulu siapa tau Lo betah?"

HAMASAH CINTA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang