.....
Hari ini Zira disibukkan dengan berbagai macam persiapan, dari mempersiapkan seserahan untuk lamaran sang kakak dengan sahabatnya yaitu Azizah sampai mempersiapkan pakaian untuk sang kakak dan juga sang ayah.
"Zira, udah semua?" Tanya Ibra yang baru saja keluar dari kamar dengan mengancingkan sebagian kancing bajunya yang belum terkancing.
"Alhamdulillah, udah semua mas. Kita tinggal berangkat aja." Jawab Zira memperlihatkan semua yang ia siapkan tadi.
"Makasih ya dek, maaf udah ngerepotin kamu." Ujar Ibra mengelus kepala sang adik yang terbalut hijabnya.
"Iya mas, kayak sama siapa aja sih." Zira terkekeh. Wanita itu mengernyitkan dahi melihat sang kakak menghapus sudut matanya yang berair, kemudian ia menatap laki-laki itu khawatir.
"Loh mas, kenapa? Ada yang salah ya?" Tanya Zira khawatir. Lantas Ibra menggelengkan kepalanya pelan, kemudian menatap sang adik dengan tatapan sendu.
Ibra tersenyum getir. "Seandainya ummi ada disini, beliau pasti seneng banget. Ya kan Zira?" Katanya.
Mendengar itu membuat hati Zira juga ikut bersedih, tak terasa air matanya turun begitu saja tanpa diminta. "Zira kangen sama ummi." Wanita itu memeluk tubuh Ibra dan terisak di pelukannya, membuat Ibra juga ikut merasakan kerinduan sang adik.
"Mas juga sangat merindukan ummi, Mas berdoa semoga ummi bahagia di sana." Ujar laki-laki itu, Zira menganggukkan kepalanya mengaminkan doa sang kakak dari dalam hati.
"Loh, ini kenapa? Kok pada nangis gini?" Atensi Zira dan Ibra teralihkan saat melihat kehadiran sang ayah yang mendekat ke arah mereka.
"MasyaAllah abah, ganteng banget." Ujar Zira memuji penampilan Hasan, selain mengalihkan pembicaraan ia memang benar-benar menatap pria yang sudah tak muda lagi itu tampak gagah menggunakan jubah hitam dengan kopiah berwarna putih.
"Wih...iya dong, abah siapa dulu?" Hasan tersenyum lebar menanggapinya.
"Abahnya Zira gitu loh." Kata gadis itu kemudian memeluk sang ayah. Sengaja ia mengalihkan pembicaraan tadi supaya Hasan tidak merasa sedih lagi atas kepergian sang istri, wanita itu tahu betul bagaimana putus asanya sang ayah ketika kehilangan Amira.
"Assalamualaikum cucunya mbah kung, sehat kan nak?" Hasan beralih pada perut Zira yang sedikit membuncit lalu mengelusnya.
"Waalaikumsalam, mbah kung. cucunya sehat kok disini." Zira menjawab dengan suara anak kecil, kemudian Hasan mencium kening sang putri dengan sangat lama.
"Kamu bahagia kan nak?" Tanya sang ayah secara tiba-tiba, wanita itu mendongak menatap hasan.
Akhir-akhir ini Zira sering kali memikirkan masalahnya bersama sang suami, semenjak kejadian dua hari yang lalu wanita itu jadi jarang berbicara dengan Gus Zem.
KAMU SEDANG MEMBACA
HAMASAH CINTA (END)
SpiritualeReligi - Romance "Dengan cara apapun, pacar kamu ngga akan bisa mengalahkan saya jika lauhul Mahfudz kamu itu saya! Saya dan kamu akan menjadi cinta abadi sampai ke Jannah." - Zema Sa'ad Alamar ____________________________________ Nikah muda. Hal i...