HC | 37

33.2K 2K 7
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.....

"Mas, bisa antar Zira ke pasar ngga?" Tanya Zira memasuki kamar, melihat sang suami yang tengah membaca kitab kuningnya.

Laki-laki itu menoleh ke arah sang istri, lalu menutup kitabnya dan meletakkan kembali ke tempat semula. Gus Zem beranjak dan mengambil kunci motor, kemudian tanpa sepatah kata pun ia keluar dari kamar.

Namun setelah itu ia menghentikan langkahnya, dan menoleh ke belakang. "Kenapa masih disitu? Katanya mau ke pasar?" Tanya Gus Zem.

"Eh?" Kejut Zira karena gadis itu hanya berdiri dan memperhatikan sang suami melewatinya tadi.

Zira mendengus sebal. "Setidaknya dijawab kek, bukan malah nyelonong aja. Zira jadi gatau kan kalau mas mau anterin Zira." Ujar gadis itu lalu berlalu meninggalkan Gus zem.

Kemudian laki-laki itu menyusul sang istri yang sudah setia bersandar di motornya, dengan bersedekap dada Zira menatap sebal sang suami.

"Cepetan mas! Nanti keburu siang." Suruh Zira.

Kenapa jadi ngamuk gini sih? Batin Gus Zem.

Segeralah laki-laki itu menyalakan mesin motor dan menaikinya, degan Zira yang duduk miring di belakang. Motor ia jalankan dengan kecepatan sedang, hingga sekitar sepuluh menit mereka sampai di pasar.

"Mas tunggu sini aja ya?" Ujar Zira saat melihat suaminya itu juga ikut turun dari motor.

"Emang ga boleh ikut?" Tanya laki-laki itu.

"Ga usah, mas Zema disini aja jaga motor biar nanti ga usah bayar parkir sayang uangnya." Sebelum menjawab perkataan gadis itu, Zira sudah terlebih dulu berlalu menuju ke dalam pasar.

Dengan terpaksa ia menunggu Zira sendirian di luar pasar, karena bosan akhirnya Gus Zem berkeliling di area luar pasar melihat-lihat jajanan di sana.

Hingga ia menemukan makanan yang sudah  sangat lama ia rindukan, apalagi kalau bukan roti maryam kesukaannya. Saat akan melangkah ke pedagang yang menjual roti maryam itu, ia merogoh sakunya dan tak menemukan dompetnya di sana.

Gus Zem menepuk jidatnya sendiri, ia lupa membawa dompetnya. Lalu bagaimana ia bisa membeli makanan kesukaannya itu? Menunggu Zira pasti sangatlah lama, biasa perempuan kalau belanja kan selalu lama.

Dengan perasaan berat hati, laki-laki itu kembali ke motornya. Ia hanya duduk di atas motor sembari menunggu sang istri selesai berbelanja, hingga sekitar dua puluh menit Zira baru keluar dari pasar.

Dengan senyum mengembang, Gus Zem melambaikan tangannya ke arah Zira. Gadis itu menggelengkan kepalanya, melihat tingkah laku sang suami.

Zira melangkah menyebrang karena posisi sang suami ada di sebrang jalanan pasar, gadis itu masih setia melihat sang suami dengan senyuman mengembang.

Hingga Gus Zem menyadari ada sebuah motor melaju dengan sangat kencang, saat akan menyelamatkan Zira motor itu sudah terlebih dahulu menabrak sang istri.

HAMASAH CINTA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang