HC | 34

37.4K 2.6K 17
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.....

Sesampai di Malang sekitar pukul sepuluh malam, mereka langsung ke Villa yang sudah di pesan oleh Gus Zem jauh hari. Saat turun dari mobil, Zira merasakan udara yang sangat dingin.

Gus Zem yang juga baru keluar dari mobil, ia memeluk dirinya sendiri karena merasa kedinginan. Laki-laki itu kembali membuka pintu kemudi mobil untuk mengambil jaket yang ketinggalan, bukannya memakaikan ke tubuhnya ia malah memberi jaket itu pada Zira dengan memeluk gadis itu dari belakang. 

"Mas Zema ngagetin ih." Ujar Zira yang terkejut karena merasakan pelukan secara tiba-tiba dari sang suami.

"Masuk yuk, dingin banget di sini." Pinta Gus Zem dan membawa Zira ke dalam Villa. Sebenarnya gadis itu masih ingin melihat pemandangan kota di malam hari dari atas, namun suaminya pasti akan melarangnya karena udara hari ini memang sangat dingin melebihi hari biasanya.

Gus Zem memang memilih Villa yang berada di atas Gunung karena untuk membahagiakan sang istri tentunya, pemandangan dari atas di malam hari saja sudah sangat indah apalagi nanti saat pagi datang pastinya jauh lebih indah.

"Ga usah mandi ya? Dingin." Ujar Zira yang kini sedikit menggigil, gadis yang biasanya sangat menyukai kedinginan itu saat ini sedang memeluk dirinya sendiri.

"Ada air hangatnya sayang." Ujar Gus Zem.

"Tapi Zira mager." Gadis itu merebahkan tubuhnya di atas kasur yang lumayan besar. Gus Zem terkekeh gemas, mengapa ia selalu merasa jika istrinya ini sangat menggemaskan setiap harinya? Jadi pengen dimakan rasanya.

"Ya udah, mas mandi dulu kalau gitu." Setelah itu Gus Zem berjalan ke arah kamar mandi, saat akan menutup pintu ia dikejutkan dengan kehadiran Zira yang ternyata mengikutinya dari belakang.

"Kenapa?" Tanya Gus Zem.

Zira menyegir kuda, membuat sang suami mengangkat satu alisnya heran. Setelahnya Zira ikut masuk ke dalam kamar mandi, Gus Zem tersenyum miring melihatnya.

"Jadi maunya mandi bareng?" Tanya Gus Zem memeluk pinggang sang istri.

"Emang ga boleh?" Ujar Zira balik bertanya, tangan gadis itu ia kalungkan di leher laki-laki itu. Gus Zem terkekeh dengan sikap sang istri, mengapa gadis itu mulai nakal sekarang?

"Serius mau mandi bareng?" Gus Zem mendekatkan wajahnya ke arah wajah Zira, ia mengecup singkat bibir gadis itu.

laki-laki itu mengangkat tubuh sang istri dan meletakkannya di bathtup kamar mandi, Kemudian mereka melakukan rutinitas mandi seperti biasanya. Entah tidak terjadi apa-apa selain mandi, hanya mereka, Author dan Allah yang tau.

🌙

Paginya, Zira sedang membuat teh hangat di dapur Villa. Rencananya ia juga akan memasak hari ini.

Karena sang suami masih tertidur, ia memilih untuk memasak dengan bahan yang ada saja di sini. Mereka akan menginap di Malang sekitar seminggu ke depan, karena selain berbulan madu suaminya itu juga ada pekerjaan di sini.

Jadinya Zira harus izin cuti kuliah selama seminggu, untuk menemani sang suami bekerja di sini. Serta menyenangkan diri sendiri, apalagi ditemani dengan orang tercinta.

Tidur Gus Zem terusik, karena indra penciumannya telah mencium aroma yang membuat perutnya merasa lapar. Habis subuh tadi laki-laki itu memang ketiduran, mungkin karena terlalu lelah.

"Zira?" Panggil Gus Zem mencari keberadaan istrinya. Indra penciumannya semakin dekat, hingga laki-laki itu sampai di dapur Villa dan mendapati Zira yang sedang memasak nasi goreng.

"Kenapa masak? Kan bisa mas pesenin makan nanti." Ujar Gus Zem mendekat ke arah sang istri dan memeluk pinggang gadis itu dari belakang.

"Ga papa, Zira lagi pengen masak aja. Daripada beli, uangnya kan bisa disimpan buat keperluan lain." Ujar Zira.

Gus Zem terdiam, laki-laki itu memejamkan matanya dengan bersandar di bahu sang istri. Membuat Zira sedikit terganggu karena ia jadi kesusahan memasaknya.

"Mas, bisa dilepas ga? Zira kesusahan nih masaknya." Ujar gadis itu berusaha melepas lengan Gus Zem yang memeluk erat pinggangnya.

"Hm." Dehamnya, namun ia tetap tidak melepaskan pelukannya. Dengan susah payah, Zira  menyelesaikan masakannya.

Kemudian ia berbalik menghadap sang suami. "Kenapa jadi manja banget sih?" Gemas Zira, padahal biasanya ia yang selalu manja pada suaminya itu mengapa sekarang laki-laki itu yang manja dengannya?

"Makan dulu yuk." Ajak Zira, barulah Gus Zem melepaskan pelukannya dan beralih menuju meja makan, dengan Zira yang membawa dua piring berisi nasi goreng spesial.

"Suapin." Ujar Gus Zem dengan nada manja.

"Astagfirullah, kenapa suami aku jadi manja banget gini sih?" Ujar Zira terkekeh, tak urung ia menyuapkan sesendok nasi ke dalam mulut sang suami.

"Nanti mau jalan-jalan kemana, sayang?" Tanya Gus Zem.

Zira berpikir sejenak, ia jadi bingung tempat mana yang akan ia kunjungi untuk berlibur? Karena wisata di Malang cukup banyak dan semuanya sangat indah untuk dikunjungi.

"Zira udah lama ga ke pantai, kita ke pantai aja ya mas?" Usul Zira. Tak berpikir terlalu lama, laki-laki itu mengiyakan usulan dari sang istri.

🌙

"Zira jangan lari-lari!" Teriak Gus Zem melihat sang istri yang berlari mengejar ombak pantai.

Sekitar pukul lima sore, mereka baru sampai di pantai Balekambang. Tempatnya yang indah, serta angin kencang membuat Zira menutup matanya untuk menikmati.

Gus Zem menyusul Zira yang sedang  menikmati ombak yang menerpa tubuhnya, tiba-tiba saja laki-laki itu memeluk sang istri dari belakang.

"Kebiasaan banget ih." Kesal Zira yang merasakan pelukan secara tiba-tiba.

"Mas lihat deh, langitnya cantik banget." Ujar Zira menunjuk langit yang memperlihatkan gradasi warna oranye dan biru, tandanya matahari sebentar lagi akan terbenam.

Dengan kepalanya yang ia sandarkan pada bahu Zira, Gus Zem tersenyum menanggapi sang istri. Bahagia sekali rasanya melihat Zira yang begitu senang dengan hanya melihat terbenamnya matahari.

"Ummi di sana pasti bahagia, iya kan mas?"  Tanya Zira menoleh sekilas melihat wajah Gus Zem, entah mengapa tiba-tiba saja ia sangat merindukan sang ibu.

Dengan meninggalnya secara mendadak, membuat Zira masih tidak menyangka dengan kepergian Amira.

"Ummi udah tenang sayang, kita doain sama-sama ya?" Jawab Gus Zem mencium sekilas pipi kanan Zira, kemudian ia menganggukkan kepalanya.

"Zira pengen deh rasanya terbang di atas sana, semisal nanti kalau Zira pergi duluan gapapa kan mas?" Ujar Zira pada Gus Zem membuat dahi laki-laki itu mengkerut mendengarnya.

"Kenapa ngomongnya gitu sih?" Kesal Gus Zem.

"Bukannya apa-apa, tapi Zira takut kalau mas yang ninggalin Zira duluan. Zira ga bisa hidup tanpa mas Zema." Ujarnya tiba-tiba terisak.

"Sstt...mas ngga kemana-mana, sayang. Mas akan selalu ada buat kamu, apa pun yang terjadi." Balasnya memeluk sang istri yang entah mengapa perubahan suasana hatinya begitu cepat.

---

To be continue

TOLONG VOTE & COMMENT NYA GUYS!!

HAMASAH CINTA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang