HC | 05

54.7K 3.3K 12
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.....

"Assalamualaikum." Sapa Disya memasuki kamar asrama yang akan ditempati oleh Zira.

"Waalaikumsalam, Ning Disya? Wonten nopo meriki?" Salah satu santri bertanya.

Disya tersenyum. "Saya cuma mau antar santri baru yang akan tidur di kamar ini."

"Mba Zira, Masuk!" 

Zira yang tadi hanya berdiri di ambang pintu itu pun masuk, ia sama sekali tidak menampakkan senyumnya. Murung sekali, pikir santriwati itu.

"Turu ndi aku?" Tanya Zira sedikit menggunakan nada kasar.

"Kasur yang pojok." Jawab salah satu santri.

"Yowes tak tinggal yo." Ujar Disya.

"Eh ning!" Disya yang akan meninggalkan asrama itu menoleh ke arah Zira yang memanggilnya.

"Saya bosen kalau disini terus, boleh temani saya keliling? Ya biar saya tau aja gimana bentukan pesantren disini." 

Disya tersenyum lalu mengangguk. "Iya boleh mba."

Kedua gadis itu berjalan melewati koridor asrama putri, disini asrama putra dan putri di pisah agak jauh. Jadi mereka tidak bisa berinteraksi langsung, bahkan di setiap asrama akan ada pengajar sendiri untuk anak-anak putri bersama ustadzah di sini sedangkan anak-anak putra bersama ustadz yang ada di sini.

Jadi benar-benar tidak ada interaksi secara langsung, kecuali kalau ada tauziah dari Gus Zem baru mereka bisa bertemu, itu pun masih ada sekat.

"Kok disini banyak anak perempuan ya? Aku ga ngeliat laki-laki sama sekali disini." Pertanyaan Zira membuat Disya tersenyum.

"Asrama putri kan memang terpisah dengan asrama putra, jadi disini tidak ada laki-laki mba." Jelas Disya.

"Kalau ga ada interaksi perempuan sama laki-laki, mereka ga mau nikah gitu?" Pertanyaan Zira kali ini membuat Disya menggeleng keheranan.

"Ya pasti mau lah mba, itu kan sunnah Rasul."

"Caranya gimana? Kan mereka ga pernah ketemu apalagi interaksi jadi ga pernah jatuh cinta kan?"

"Cinta itu fitrah, sebagai manusia kita harus menggunakan fitrah ini dengan baik. Jangan sampai disalah gunakan apalagi sampai pacaran." Disya menjelaskan.

"Kenapa ga boleh? Pacaran kan cuma jalan berdua, ketemu dan sebagainya ga ngapa-ngapain selain itu."

"Itu sama saja mendekati zina, zina itu dosa besar mba. Jalan berdua, pandang-pandangan, pegangan tangan dengan bukan mahramnya itu dosa."

"Emang iya ya?"

"Iya mba sudah dijelaskan pada Qur'an surah Al-Isra' ayat 32 'Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk' jadi kita ga boleh pacaran."

HAMASAH CINTA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang