HC | 15

48.8K 2.8K 8
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.....

Seusai makan malam di ndalem, Zira segera pergi ke asrama. Kemarin sejak ia sampai di pesantren, ia belum sempat kembali ke asramanya.

Perjalanan ke sana, ia melihat Azizah dan Andina yang berjalan beriringan. Mereka baru saja kembali dari masjid selesai melaksanakan sholat isya' berjamaah, Zira menghampirinya.

"An, Zah!" Merasa terpanggil kedua gadis yang masih memakai mukenah itu menoleh ke belakang, mendapati Zira yang berlari kecil ke arahnya .

"Loh, kapan balik Zir?" Tanya Azizah, karena memang dia tadi tidak melihat Zira ikut sholat berjamaah di masjid.

"Emm...i-ini baru aja sampai." Jawabnya gugup, ia membohongi kedua temannya itu lagi!

"Oalah." Azizah mengangguk mendengar jawaban gadis itu.

"Wes sholat a?" Tanya Andina, karena tepat mereka kembali dari masjid gadis itu datang menghampirinya. Siapa tau Zira memang belum melaksanakan sholat, jadi Andina bisa mengingatkannya.

Zira mengangguk sebagai jawaban, memang sebelum kembali ke asrama gadis itu menyempatkan diri sholat berjamaah dengan suaminya, hanya berdua saja!

"Yo wes, ayo melbu!" Ajak Azizah. Ketiga gadis itu pun menuju ke asramanya, saat sampai Zira langsung saja merebahkan tubuhnya.

Entah mengapa ia merindukan kasur yang Zira tempati di asrama ini, karena memang beberapa hari lalu gadis itu pamit pulang ke rumahnya untuk merawat sang ibu yang sedang sakit kepada dua temannya ini.

"Kabarnya ibumu gimana Zir?" Tanya Azizah sembari melipat mukenah yang ia gunakan tadi.

Zira memiringkan tubuhnya menghadap gadis itu. "Alhamdulillah, ummi udah sehat. Cuma ternyata sakitnya beliau parah, semoga saja segera sembuh." Ujarnya, mengingat keadaan sang ibu membuat dirinya merasa bersedih lagi.

Penyakit yang diderita Amira memang bukan penyakit biasa, Zira tau betul kondisi ibunya ini tidak sepenuhnya membaik. Namun ia selalu meyakinkan dirinya, jika sang ibu dapat sembuh dan melewati ini semua.

"Aku turut prihatin ya." Ujar Andina, gadis duduk di tepi ranjangnya dengan menatap Zira tak tega.

"Ga papa, gue yakin ummi bakalan sembuh!" Ujarnya menyemangati dirinya sendiri.

Andina dan Azizah menghampiri gadis itu lalu memeluknya, semenjak berada di asrama. Zira selalu nyaman di dekat mereka, padahal baru beberapa minggu mereka saling mengenal.

"Udah ah! Jadi melow gini." Zira menghapus air matanya yang sempat mengalir, lalu ia tersenyum.

Mereka sejenak terdiam, sebelum Andina memecahkan suasana. "Eh udah tau belum?" Ujarnya.

"Ya ga lah, orang belum dikasih tau." Balas Zira terkekeh pelan.

Andina mendengus. "Ish...mangkanya dengerin dulu." Gadis itu sedikit memelankan suaranya.

HAMASAH CINTA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang