HC | 26

39.9K 2.5K 9
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.....

Hari ini Ansel memutuskan untuk pulang, karena sang mama juga baru saja pulang dari rumah sakit. Gadis itu ingin merawat Marisa, ia tidak ingin sang papa menyakitinya lagi.

"Lusa temani mama ke pengadilan ya." Ucapan sang mama membuat Ansel menoleh karena terkejut.

"Pengadilan?"

"Iya, mama akan bercerai dengan papa kamu." Ucapannya kali ini lebih membuat Ansel terkejut, sebenarnya mereka tidak akan kembali ke rumah lama. Ia takut sang papa akan menyakiti sang mama lagi, namun gadis itu tidak pernah berfikir jika mereka harus menyelesaikan masalahnya dengan bercerai.

Sebetulnya ia tidak ingin orang tuanya berpisah, anak mana yang bahagia melihat kedua orang tuanya berpisah? Tentu Ansel merasa sedih, tapi jika semua ini untuk kebaikan sang mama. Ia akan berusaha untuk ikhlas, Ansel juga berjanji akan selalu ada untuk Marisa.

"Iya, Ansel temenin." Ansel mengangguk namun tak urung air matanya pun menetes, ia segera menghapus air matanya. Ansel tidak ingin sang mama melihatnya menangis, untuk sekarang orang yang harus menyemangati sang mama hanyalah dirinya.

"Kamu tidak marah sama mama kan nak?" Tanya Marisa, sebetulnya ia juga tidak ingin bercerai dengan sang suami. Namun Kristian sendirilah yang mengajukan surat perceraian, dan baru kemarin laki-laki itu memberikannya kepadanya.

"Marah? Kenapa Ansel harus marah?" Ansel menatap sang mama.

"Apapun keputusannya, Ansel akan berusaha ikhlas. Saat ini Ansel hanya butuh mama, dan begitupun sebaliknya. Ansel janji akan selalu jaga mama." Ujarnya memeluk Marisa yang duduk di kursi roda.

"Mama beruntung punya anak seperti kamu." Ujar Marisa membalas pelukan sang putri.

🌙

Zira baru saja kembali dari kegiatan kampusnya, saat akan menuju asrama ia dipanggil oleh salah satu santriwati dan menyuruhnya untuk ke ndalem karena suaminya itu memanggil dirinya ke sana.

"Assalamualaikum." Ujar Zira berada di ambang pintu.

"Waalaikumsalam." Jawab seorang wanita paruh baya yang kebetulan ada di ruang tamu, saat mengetahui siapa yang datang lantas ia berpaling pergi ke dalam membiarkan Zira yang masih berdiam diri di tempat.

"Ummah Halimah masih sama ya? Sebenarnya saya salah apa sih sama beliau?" Ujar Zira berbicara sendiri.

"Zira!" Panggilan itu membuat Zira menoleh ke belakang, ia mendapati Gus Zem yang berdiri di belakangnya.

HAMASAH CINTA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang