.....
"An, Zah! Hari ini bantuin aku hafalan ya?" Ujar Zira yang melihat kedua gadis itu tengah sibuk melipat baju.
"Ga bisa!" Balas Azizah.
"Loh kenapa? Katanya kemarin mau." Protes Zira, bukannya sebelumnya mereka mau membantu dirinya untuk hafalan 1 juz lalu mengapa sekarang bilang tidak bisa?
"Sekarang jadwalnya kita piket di ndalem!" Ujar Andina. Zira melongo, lalu kapan waktu dirinya untuk menghafal? Hari ini pasti sudah ditunggu oleh Gus Zem untuk setoran.
"Terus hafalan ku gimana?" Tanya Zira kebingungan.
"Ya gak tau." Balas Azizah.
Seharusnya ia kemarin tidak perlu melanggar aturan, jadi dirinya sendiri yang susah seperti ini. Ia hanya berharap Gus Zem lupa dengan hukuman yang laki-laki itu berikan kepadanya, tapi sepertinya mustahil.
"Ayo!" Ajak Andina.
"Kemana?" Tanya Zira.
"Yo piket toh! Kape nandi maneh." Jawab Andina yang merasa gemas dengan Zira, rasanya ingin menggigitnya.
Lalu bagaimana Zira bisa menghadapi Gus Zem jika ia bertemu laki-laki itu di sana. "Emm...Kayaknya aku ngerasa ga enak badan deh, kalian aja ya yang kesana?" Bohong Zira.
"Emang kamu kenapa?" Tanya Azizah mendekat ke arah gadis itu.
"A-aku.." Zira mencoba berfikir membuat alasan apa agar ia tidak pergi ke ndalem.
"Aargghh....Perut aku sakit, kayaknya lambung aku naik." Ujar Zira memasang wajah yang kesakitan agar kedua teman sekamarnya ini percaya.
Azizah melihat Zira dengan seksama, apakah gadis ini benar-benar sakit atau hanya alasan belaka?
"Kamu beneran sakit?" Tanya Azizah. Lalu Zira mengangguk sebagai jawaban.
"Ya udah kalau gitu kamu di sini aja, nanti aku panggil petugas kesehatan biar bisa diperiksa." Ujar Azizah.
Zira membulatkan matanya, jika ia diperiksa semua akan ketahuan dong? Kalau ia sedang berbohong? Gadis itu segera menggelengkan kepalanya kuat.
"Gak usah! Aku ada obat sendiri. Nanti tinggal istirahat aja udah sembuh." Ujar Zira tersenyum, berusaha meyakinkan keduanya.
"Yo wes nek ngunu, istirahat saja." Setelah itu Andina maupun Azizah meninggalkan Zira di kamar asrama, gadis itu bernafas lega. Untung saja mereka mempercayainya.
Namun belum lama mereka meninggalkannya, Zira merasa perutnya perih. Niat awal hanya membuat alasan agar tidak ikut ke ndalem, ternyata asam lambungnya benar-benar naik sekarang.
Gadis itu berguling-guling di atas kasurnya, ia sangat merasakan perih di perutnya. Seharusnya Zira tidak berbohong tadi, jika pada akhirnya ia merasakan asam lambungnya yang naik seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
HAMASAH CINTA (END)
SpiritualReligi - Romance "Dengan cara apapun, pacar kamu ngga akan bisa mengalahkan saya jika lauhul Mahfudz kamu itu saya! Saya dan kamu akan menjadi cinta abadi sampai ke Jannah." - Zema Sa'ad Alamar ____________________________________ Nikah muda. Hal i...