Tepat hari ini adalah satu bulan pernikahan Gus Zem dengan Zira, kemarin sang suami mengajak gadis itu berbulan madu. Dan sekarang ini mereka tengah mengemasi barang yang akan dibawa ke Malang, Zira memang memilih Malang untuk tempat bulan madu mereka karena alasannya yang dekat dan pastinya Zira suka sekali dengan dinginnya Malang.
"Mas, masih ada yang mau dibawa ga?" Tanya Zira yang tengah mengemasi kopernya.
"Kayaknya udah semua." Jawab Gus Zem.
"Bener loh ya, awas aja kalau sampai ada yang ketinggalan nanti." Ujar Zira memperingatkan.
"Iya, sayang." Gus Zem menoel pipi Zira dengan gemas, membuat sang empu menjadi salah tingkah.
"Mas mau ke ustadz Akhtar dulu ya?" Ujar Gus Zem yang diangguki oleh gadis itu, sebelum laki-laki itu pergi ia memberikan tangannya yang bermaksud agar dicium punggung tangannya oleh sang istri untuk berpamitan.
Namun Zira masih belum menyadari, hingga deheman dari sang suami membuat Zira menoleh ke arah laki-laki itu.
"Loh, kenapa? Katanya mau ke ustadz Akhtar, ga jadi?" Tanya Zira yang masih belum menyadari tangan Gus Zem berada didepannya.
"Jadi." Jawab Gus Zem.
"Ya terus kenapa masih disini?" Tanya Zira lagi.
"Astagfirullah, dicium dulu dong!" Ujar Gus Zem mencoba bersabar terhadap ketidakpekaan sang istri.
Bukannya mencium punggung tangannya, gadis itu malah mencium pipi kiri Gus Zem sekilas lalu memalingkan wajahnya karena Zira merasa malu.
Gus Zem terkekeh melihatnya, bagaimana istrinya ini sangat tidak peka? Padahal ia meminta agar dirinya mencium punggung tangannya bukan pipinya, namun Gus Zem malah jadi kesenangan saat Zira melakukan hal itu.
"Yang Mas maksud itu cium punggung tangan Mas, sayang. Bukan malah pipi mas yang dicium, tapi ga papa sih mas malah seneng." Ujar Gus Zem. Sedangkan Zira membulatkan matanya, ia jadi malu sendiri.
Zira mengira jika laki-laki itu meminta dirinya mencium pipinya, tapi ternyata punggung tangannya? Mengapa ia bisa salah mengira? Jika seperti ini Zira jadi malu.
Bodoh banget. Batin Zira meronta-ronta karena malu.
"Dibalik dong badannya! Mas mau pamitan, sayang." Ujar Gus Zem berusaha agar tubuh Zira menghadap kepadanya.
Dengan perasaan yang masih gugup, Zira perlahan membalikkan badannya menghadap sang suami. Gadis itu menundukkan kepalanya, ia masih tidak berani menatap suaminya itu.
"Jangan nunduk, mas suka ngelihat kecantikan istri mas." Gus Zem mengangkat wajah sang istri dengan jari telunjuknya.
"Malu!" Ujar Zira lalu membenamkan wajahnya di ceruk leher Gus Zem.
"Malu kenapa? Masa cium suami sendiri malu?" Ujar Gus Zem sedikit menggoda.
"Zira kira mas Zema minta Zira cium pipi, mangkanya tadi dicium pipinya." Adu Zira yang masih berada di pelukan sang suami.
KAMU SEDANG MEMBACA
HAMASAH CINTA (END)
SpiritualReligi - Romance "Dengan cara apapun, pacar kamu ngga akan bisa mengalahkan saya jika lauhul Mahfudz kamu itu saya! Saya dan kamu akan menjadi cinta abadi sampai ke Jannah." - Zema Sa'ad Alamar ____________________________________ Nikah muda. Hal i...