HC | 02

67.6K 3.3K 27
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

......

Selesai sarapan Zira segera mengambil tasnya untuk segera berangkat kuliah, sebelum itu ia berpamitan dengan kedua orang tuanya. Sesuai perkataan Hasan kemarin bahwa Zira akan diantar oleh mas-nya.

"Zira, pamit." Ujarnya lalu mencium punggung kedua orang tuanya.

"Ibra juga berangkat, Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam." Jawab Hasan dan Amira secara bersamaan.

"Zira, Sebentar!" Zira yang akan memasuki mobil itu pun menoleh ke arah sang ayah lalu menaikkan alisnya tanda bertanya.

"Kalau bisa, pulangnya sebelum maghrib ya!"

Zira mengernyitkan alisnya. "Kenapa?"

"Abah mau ajak kamu Ke suatu tempat."

Sejenak Zira berpikir lalu menganggukkan kepalanya. "Tapi, itu juga tergantung mas Ibra jemputnya telat atau ngga." Ujarnya melirik Ibra sekilas.

"Ibra usahakan, Bah."

Hasan mengangguk.

🌙

"ZIRA!" Teriakan itu membuat Nazira mengelus dadanya, ia terkejut.

Setelah itu menoleh ke belakang, sudah ia duga bahwa itu teman dekatnya-Ansel. Lebih tepatnya Ansella Cristiana Melcia, gadis dengan kerandomannya yang sifatnya sebelas dua belas dengan Zira, bedanya Ansel versi parahnya.

"Ngga usah teriak bisa kan?"

Gadis itu malah menyengir menampakkan gigi rapinya. "Hehe...Sorry."

"Eh ada mas Ibra, Hallo mas." Ansel menyelipkan rambutnya ke belakang telinga lalu mengedipkan matanya.

"Iya Ansel." Ibra hanya menundukkan kepalanya untuk menjaga pandangannya.

"Mas Ibra udah punya calon?" Ibra hanya menggeleng sebagai jawaban.

"Sebenernya Ansel sih mau sama mas Ibra, tapi sayang beda tuhan." Ansel mengerucutkan bibirnya, Ibra hanya tersenyum menanggapi.

Laki-laki itu melihat jam tangannya lalu menoleh ke arah adiknya. "Mas ke kantor dulu, kalau udah pulang kabari mas ya."

Zira mengangguk tetapi setelah itu mengernyitkan dahinya karena sang kakak memperhatikannya dari bawah sampai atas lalu menggeleng.

"Kalau bisa belajar pakai pakaian tertutup dek."

"Iya mas." Zira memutar bola matanya, padahal menurutnya pakaian yang ia kenakan saat ini sudah lumayan tertutup hanya saja mas-nya itu yang cerewet.

"Udah sana pergi, katanya mau ke kantor." Usir Zira.

" Usir Zira

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
HAMASAH CINTA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang