Bersama dengan Ansel, kelas Zira baru saja selesai. Kini kedua gadis itu tengah menuju parkiran, dimana Gus Zem menunggunya.
Namun saat melewati taman fakultas keduanya menghentikan langkahnya, ketika mendengar seseorang meneriaki nama Zira. "Zira!"
Lantas keduanya menoleh, mendapati Dika yang tengah berjalan menuju mereka. Zira memalingkan tubuhnya, ia berusaha menarik Ansel agar menghindar dari laki-laki itu.
"Jangan menghindar lagi." Ucapan itu mengharuskan Zira menghentikan niatnya untuk menghindari Dika lagi.
Tepat laki-laki itu berdiri di depannya, Zira menundukkan kepalanya. Entah mengapa ia merasa takut di depan pacarnya sendiri, ia sudah sangat merasa bersalah pada Dika.
"Kita bisa bicara sebentar?" Tanya Dika.
Zira hanya terdiam, untuk berbicara saja ia tak bisa. Ia menelan ludahnya susah payah.
"Zira." Panggil Dika lembut. Lantas gadis itu mendongakkan kepalanya, menampakkan matanya yang kini berkaca-kaca.
"Loh Zira, lo kenapa?" Panik Ansel. Karena sedari tadi gadis ini baik-baik saja, lalu mengapa sekarang ia ingin menangis.
Zira hanya menggeleng lemah, lalu berusaha agar air matanya tak terjatuh. Rasa bersalahnya pada Dika sudah sangat besar, bahkan selama dua minggu terakhir ia mengabaikan laki-laki itu.
"Oke, gue tinggal ya? Biar kalian bisa ngobrol." Pamit Ansel pada keduanya, lalu meninggalkan mereka memberikan kesempatan pada kedua pasangan itu untuk menyelesaikan masalahnya.
Setelah kepergian Ansel, kini Dika menatap gadis yang ada didepannya itu. Sebenarnya ia masih merasa marah saat mendengar gadis yang ia cintai ini sudah menikah dengan pria lain.
"Aku udah tau semuanya." Perkataan itu membuat Zira terkejut, lantas mendongakkan kepalanya menatap Dika.
"M-maksudnya?" Ujar Zira dengan gugup. Apakah laki-laki itu sudah mengetahui tentang pernikahannya? Tetapi dari siapa Dika mengetahuinya.
"Kamu ga usah menghindar lagi, aku tau semuanya Zira." Ungkap Dika, hatinya sebenarnya hancur, hanya saja ia harus mengikhlaskannya.
"Aku tau.." Dika menjeda perkataanya, sebelumnya ia menghirup udara lalu membuangnya pelan. Dika mendongak, ia berusaha agar air matanya tidak menetes.
"Kamu udah nikah sama Zema?" Lanjutnya, lalu tertawa hambar.
Deg
Jantung Zira rasanya berdetak lebih kencang, gadis itu mematung. Inilah yang ia takutkan, Dika mengetahui kebenaran dari orang lain. Laki-laki itu terlalu baik untuk disakiti, air mata Zira lolos membasahi pipinya.
"Maaf." Ujarnya menatap Dika.
Dika menggeleng, lantas memegang bahu Zira. Dika sudah berusaha untuk tidak meneteskan air matanya, namun nyatanya ia tak bisa.
KAMU SEDANG MEMBACA
HAMASAH CINTA (END)
SpiritualReligi - Romance "Dengan cara apapun, pacar kamu ngga akan bisa mengalahkan saya jika lauhul Mahfudz kamu itu saya! Saya dan kamu akan menjadi cinta abadi sampai ke Jannah." - Zema Sa'ad Alamar ____________________________________ Nikah muda. Hal i...