HC | 38

32.5K 2K 39
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.....

Setelah tiga hari kepulangannya dari rumah sakit, Zira tak dibiarkan untuk melakukan pekerjaan yang berat. Berakhir kini ia hanya duduk santai di teras ndalem, dengan memakan buah-buahan yang sudah dikupas bersih oleh ummah Anum.

Namun Zira sedikit merasakan perubahan atas sikap sang suami, entah mengapa dengan laki-laki itu. Gus Zem bukan seperti yang dikenal oleh Zira, suaminya itu bersikap dingin dengannya.

"Mas!" Panggil Zira saat melihat Gus Zem berjalan ke arahnya.

Gus Zem menghentikan langkahnya, alis laki-laki itu terangkat sebelah sebagai tanda bertanya pada Zira.

"Boleh temenin Zira ngga?" Tanya gadis itu melebarkan senyumnya.

"Kemana?" Tanya Gus Zem dingin.

"Kayaknya si bocil lagi pengen cilok pedes deh mas, dari tadi Zira pengen banget makan itu." Gadis itu mengelus perutnya yang terlihat masih rata.

Si bocil yang Zira maksud adalah calon anak mereka, entah ide darimana gadis itu menamai calon anaknya seperti itu.

"Saya sibuk." Jawab Gus Zem berlalu meninggalkan Zira yang menatap kecewa pada laki-laki itu.

Gadis itu kembali mendudukkan tubuhnya dengan malas, ia menatap dan mengelus perutnya yang terlihat masih rata karena usia kandungannya yang masih mencapai tiga Minggu lebih lima hari.

"Mas Zema kenapa sih?" Gumamnya, lalu ia kembali melahap sepotong buah apel yang sebelumnya ia makan tadi.

"Assalamualaikum." Seseorang berdiri tak jauh dari Zira tengah menunduk.

"Waalaikumsalam, ustadz Akhtar? Ada perlu apa?" Tanya Zira melihat kedatangan ustadz Akhtar yang masih setia menunduk.

"Ini saya bawakan cilok tapi ngga terlalu pedas buat Ning Zira, sebagai tanda terimakasih karena sudah menolong saya kemarin." Ustadz Akhtar memberikan sebungkus kresek berwarna hitam untuk Zira.

"Ya ampun, ngga usah repot-repot. Saya nolongin kemarin juga ikhlas kok ustadz." Ujar Zira menerima pemberian dari ustadz Akhtar. Bilangnya sih ga usah repot repot, eh diambil juga tuh cilok.

Kebetulan sekali, Zira memang sedang ingin sekali memakan cilok pedas meskipun yang diberikan oleh ustad Akhtar dipastikan tidak terasa pedas menurut gadis itu.

Ustadz Akhtar memberi itu pada Zira sebagai bentuk terima kasihnya saat menolong laki-laki itu di panti asuhan kemarin, saat di panti ustadz Akhtar membantu memperbaiki genteng yang ternyata bocor.

Namun saat turun ustadz Akhtar kehilangan keseimbangan dan berakhir jatuh, dan Zira membantu mengobati luka dari laki-laki itu.

"Ya sudah kalau gitu, saya pamit mau ngajar dulu Ning. Assalamualaikum." Pamit ustadz Akhtar.

HAMASAH CINTA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang