ENDING

55K 2.5K 26
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.....

Gus Zem mengerjapkan matanya beberapa kali, karena tubuhnya yang demam sejak pagi membuat matanya sulit untuk terbuka.

Laki-laki itu melihat sekeliling menyadari bahwa Zira tak ada disampingnya, apakah tadi ia hanya bermimpi? Namun mengapa mimpi itu terasa sangat nyata.

Dengan tubuh yang masih lemas, Gus Zem turun dari ranjang hendak ke kamar mandi untuk berwudhu karena waktu dhuhur sudah terlewat setengah jam yang lalu.

Sedangkan disisi lain, Zira tengah menyapu halaman ndalem yang lumayan banyak dedaunan yang jatuh. Cuaca yang terik tak menghalangi niat Zira untuk membersihkannya.

Suasana sepi di area pesantren karena para santri tengah sibuk belajar, dan juga seluruh keluarga Gus Zem pamit akan pergi sowan ke pesantren Darussalam. Mereka menginap di sana untuk beberapa hari, alhasil Zira dan Gus Zem hanya berdua di rumah.

"Zira." Atensi wanita itu teralihkan melihat seorang pria paruh baya memasuki halaman ndalem.

"Abah?" Sedikit ada rasa panik karena takut sang ayah akan marah kepadanya, pasalnya tadi Zira pamit berangkat kuliah tetapi ia malah ke pesantren.

"Bah, maafin Zira. Zira mau kembali ke pesantren, Zira ga mau meninggalkan suami Zira lagi bah." Ujar Zira.

Saat Hasan berada tepat di depannya, pria itu menghembuskan nafasnya. Putrinya itu sangat mencintai seorang laki-laki yang bahkan pernah menyakitinya.

"Abah kesini hanya membawakan barang-barang kamu." Hasan memberikan sebuah koper yang sepertinya berisikan barang-barang Zira yang ada di rumahnya.

Wanita itu menatap sang ayah bingung, mengapa Hasan memberinya koper?

"Abah hanya berdoa semoga kalian tetap bahagia." Ujar Hasan disertai senyuman, detik itu juga Zira mengerti semuanya.

"Terimakasih bah." Zira memeluk sang ayah, Hasan mengusap kepala Zira yang terbalut hijab dengan lembut.

"Bahagia ya nak, jika laki-laki itu menyakiti kamu lagi Abah tidak segan-segan memisahkan kalian selama-lamanya dan menghajar dia habis-habisan." Ujar Hasan sesekali mencium pucuk kepala sang putri.

"Terimakasih bah." Hanya ucapan itu yang mampu keluar dari mulut Zira, entah seberapa rasa bahagianya karena sang ayah memberi kesempatan dirinya kembali pada sang suami.

"Sudah, Abah pamit ya." Hasan merenggangkan pelukannya.

"Sampaikan permintaan maaf Abah ke suami kamu, dan bilang sama dia bahwa Abah hanya memberi satu kali kesempatan ini!" Ujar Hasan sedikit memperingati.

"Akan Zira sampaikan, sekali lagi terima kasih bah." Wanita itu kembali memeluk sang ayah.

"Abah pamit pulang, kamu baik-baik disini. Assalamualaikum." Hasan mengulurkan tangannya kemudian Zira mencium punggung tangan sang ayah.

HAMASAH CINTA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang