.....
Aula dipenuhi santriwan dan santriwati yang dipisahkan oleh sekat, suasana ricuh di dalam aula membuat Zira merasa gugup. Ia harus mendampingi Gus Zem berbicara di atas panggung untuk mengumumkan pernikahannya.
"Assalamu'alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh." Salam Gus Zem sebagai pembuka.
"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh." Jawab semua yang berada di dalam aula, suasana sedikit tenang saat Gus Zem akan mulai berbicara.
"Sebelumnya mohon maaf karena sudah mengganggu waktu kalian, tujuan saya mengumpulkan para santri disini untuk mengkonfirmasi sebuah foto yang beredar luas di Sosial Media, entah siapa yang sudah menyebarkannya." Ujar Gus Zem panjang lebar.
"Bisa dipastikan bagi yang melihat foto itu terkejut bahkan sampai ada yang tidak menyangka bukan? Dan saya memastikan bahwa foto itu benar adanya." Lanjut Gus Zem membuat para santri terkejut mendengarnya.
"Lalu bagaimana Gus masih bisa tenang setelah melakukan hal maksiat itu?" Teriak salah satu santriwan dengan marah, namun Gus Zem malah terkekeh mendengarnya.
Bagaimana bisa Gus Zem tidak tertawa mendengarnya, jika yang ia perbuat bukanlah suatu maksiat namun sesuatu untuk mendapatkan pahala?
"Maksiat?" Ujar Gus Zem mengulang kata-kata santriwan tadi.
"Iya Gus, berduaan di kamar bahkan sampai pelukan dengan yang bukan mahramnya jika tidak dikatakan maksiat lalu apa?" Sahut salah satu santriwati.
Lagi-lagi Gus Zem terkekeh mendengarnya, apa mereka tidak bisa tidak bertanya dulu sebelum ia menyelesaikan perkataannya? Jika seperti ini malah mereka sendiri yang salah sangka.
"Jika yang saya lakukan itu bukanlah maksiat tetapi sebuah ladang pahala bagi saya bagaimana?" Tanya Gus Zem tersenyum lebar.
Para santri bertanya-tanya apa yang dimaksud dengan perkataan Gus-nya itu, bukankah berduaan dengan seseorang yang bukan mahramnya adalah suatu perbuatan dosa lalu bagaimana pahala itu ada, pikir mereka.
"Baiklah, daripada kalian saling bertanya-tanya saya akan mengkonfirmasikannya sekarang. Zira kemari!" Ujar Gus memanggil sang istri yang sedari tadi diam.
Suasana dibuat ricuh dengan kehadiran Zira yang menaiki panggung, jantung Zira bekerja lebih cepat sedangkan Gus Zem mengembangkan senyumnya. Laki-laki itu merangkul pinggang sang istri, membuat sang empu membulatkan matanya sempurna.
Para santri membelalak terkejut, bagaimana bisa mereka berpelukan di depan umum seperti itu?
"Tenang!" Pinta Gus Zem, seketika suasana kembali tenang.
Dengan senyum yang masih mengembang dan Zira yang menunduk karena malu, Gus Zem bersiap untuk mulai berbicara. "Perkenalkan, gadis di samping saya adalah seseorang yang akan menemani saya hingga ke Jannah-nya. Nazira Adiba Almaira, dia adalah istri saya." Dan lagi-lagi para santri terkejut mendengarnya, Gus Zem menoleh ke arah sang istri yang masih menunduk malu.
KAMU SEDANG MEMBACA
HAMASAH CINTA (END)
SpiritualReligi - Romance "Dengan cara apapun, pacar kamu ngga akan bisa mengalahkan saya jika lauhul Mahfudz kamu itu saya! Saya dan kamu akan menjadi cinta abadi sampai ke Jannah." - Zema Sa'ad Alamar ____________________________________ Nikah muda. Hal i...