.....
Dengan susah payah Zema membujuk sang istri untuk pulang, bukan membujuk namun lebih tepatnya memaksa Zira untuk segera pulang. Karena kesibukannya mengurus kelulusan para santri yang akan diadakan tiga hari lagi, Gus Zem harus segera kembali ke pesantren.
"Zira turun di persimpangan." Perkataan dari sang istri membuat Gus Zem menoleh ke arahnya.
"Pesantren masih jauh dari sana." Jawab Gus Zem.
"Zira mau ketemu Ansel, kalau mas Zema mau balik ke pesantren balik aja sendiri." Ujar Zira, ia sebenarnya masih marah dengan suaminya itu karena terus memaksa dirinya untuk pulang. Padahal ia masih mau menghabiskan waktunya dengan keluarganya.
Tak perlu berdebat terlalu lama, akhirnya Gus Zem menghentikan mobilnya tepat di tempat dimana Zira sebut tadi. Setelah sang istri turun, laki-laki itu segera melajukan mobilnya kembali.
Zira kemudian masuk di sebuah kafe tempat ia akan bertemu dengan temannya itu, wanita itu celingukan melihat sekeliling mencari keberadaan Ansel. Hingga ia menemukan gadis itu berada di pojok jendela cafe, segeralah ia menghampiri temannya itu
"Ansel." Panggil Zira. Ansel yang tengah sibuk melihat ke arah laptop itu mendongak, kemudian berdiri dan memeluk Zira.
"Zira, gue kangen banget sama Lo. Ih kok ga bilang sama gue kalau Lo lagi hamil?" Tanya Ansel yang memang belum mengetahui kehamilan Zira.
"Iya maaf, kelupaan ngabarin." Jawab Zira menyengir kemudian mendudukkan tubuhnya di kursi yang berhadapan dengan Ansel.
"Udah berapa bulan?" Ansel kembali bertanya.
"Alhamdulillah udah 3 bulan jalan 4 bulan." Jawab Zira.
"Pasti seru ya kalau lagi hamil? Apa-apa pasti diturutin sama paksu." Ujar Ansel, mendengar itu membuat Zira tersenyum miris. Bahkan selama kandungannya yang hampir mencapai 4 bulan ini, Gus Zem sama sekali tak peduli dengannya.
Zira tak tahu harus bagaimana menyelesaikan masalahnya dengan sang suami, sedangkan laki-laki itu sudah dijelaskan berkali-kali namun tetap tak percaya dengannya.
"Aku sama mas Zema lagi ga baik-baik aja semenjak si bocil ada." Jujur Zira, mendengar itu Ansel menatap Zira terkejut.
"Maksudnya gimana?" Tanya Ansel.
Zira menghela nafas sebelum menjawab. "Mas Zema ga percaya kalau aku mengandung anak dia, karena sebuah foto yang belum tentu kebenarannya membuat mas Zema ga mengakui anaknya." Ujar Zira dengan mata yang berkaca-kaca.
"Sel, aku boleh minta tolong?" Zira menggenggam tangan gadis itu.
"Selagi gue bisa, gue bakal bantuin Lo Zira." Balas Ansel menatap sendu Zira.
"Bantu aku nyelesaiin masalah ini, aku ga tau harus gimana lagi membuat mas Zema percaya kalau anak ini darah daging dia."
"Bahkan foto yang sebelumnya hanya diketahui oleh mas Zema, sekarang udah tersebar luas di media. Sel, a-aku gatau. A-aku gatau gimana bisa foto itu ada....hiks."
KAMU SEDANG MEMBACA
HAMASAH CINTA (END)
SpiritualReligi - Romance "Dengan cara apapun, pacar kamu ngga akan bisa mengalahkan saya jika lauhul Mahfudz kamu itu saya! Saya dan kamu akan menjadi cinta abadi sampai ke Jannah." - Zema Sa'ad Alamar ____________________________________ Nikah muda. Hal i...