EKSTRA PART II

48.2K 1.9K 22
                                    

🌙

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌙

"Zhafi berhenti!" Zira berteriak kecil memanggil batita yang baru saja bisa berjalan itu berlarian dihalaman ndalem.

"Sayang makan dulu, ummah capek ngejar kamu terus," keluh Zira kala bayi yang bernama Zhafi itu masih terus berlari.

Zira menghela nafas, dengan mangkok kecil ditangannya ia duduk di teras ndalem. Tenaganya sudah lelah mengejar anak laki-lakinya itu yang tak mau diam, entah mengapa bayi tiga tahun susah sekali untuk diam.

"Yap, kena." Zema yang baru saja memasuki halaman ndalem itu menangkap sang anak yang kini berada di gendongannya.

Zhafi tampak memanyunkan bibirnya, tanda ia merajuk kala sang ayah menggendongnya.

"Capek?" Zema mengelus Zira yang tengah duduk dengan lemas, wanita itu hanya bisa mengangguk menjawab sang suami.

"Makan sama baba dulu ya?" Zema mengambil mangkok yang dibawa oleh Zira tadi, kemudian menyendok nasi dengan sayur bening ke arah batita itu.

Zhafi tampak anteng menerima suapan dari sang ayah, melihat itu Zira mengernyitkan dahinya. Ia dengan susah payah membujuk sang anak untuk makan, namun ketika Zema menyuapkan sendok ke dalam mulut sang anak malah memakan dengan tenang.

"Nyenyak." Zhafi mengoceh, tersenyum menampakkan giginya yang baru tumbuh tiga. Maksud dari perkataan bayi itu adalah enak, sepertinya Zhafi menyukai makanannya.

"Kamu ya, kalau sama ummah susah banget makan. Kalau sama Baba aja lahap banget." Zira mencubit pelan hidung Zhafi, bayi itu malah tertawa seperti meledek sang ibu.

"Kan anak Baba ya?" Zema memeluk sang anak, membuat Zhafi tertawa dibuatnya.

"Iya deh aku cuma jadi tumpangan aja, pas lahir malah lebih nurut bapaknya." Gerutu Zira, sang suami malah menertawakannya dan diikuti Zhafi yang ikut tertawa.

"Kamu ga ngajar?" tanya Zema, karena melihat Zira yang masih berada dirumah.

Biasanya wanita itu sudah dari jam 7 berangkat ke sekolah tempat ia mengajar, setelah lulus kuliah Zira memang diterima bekerja disekolah swasta. Meskipun gajinya tak seberapa tapi ia senang mengajar anak SMA, yang sering kali mungkin menggodanya.

Dalam arti menggoda adalah Zira menjadi teman ketika mengajar anak SMA disana, sebagian dari mereka juga mengetahui jika wanita itu sudah memiliki suami dan anak.

"Aku izin dulu, badan aku rada ga enak dari tadi." Zira menjawab, karena melihat Zhafi selesai makan wanita itu mengambil alih agar sang anak digendongnya.

HAMASAH CINTA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang