Part 7

2.3K 70 0
                                    

Selamat membaca ••••••••✈

*
*
*
*

Namanya juga masih tahap pembelajaran, Mutiara ketika dirumahnya masih tetap menggunakan baju pendeknya, namun setidaknya ketika ia keluar ia akan menutup aurat, prinsipnya.

Kedua orang tuanya tak mempermasalahkan itu, karena mereka mengerti, Mutiara mau menutup auratnya saja sudah alhamdulillah, meski hanya saat keluar saja.

Selesai habis magrib, keluarga Mutiara tak langsung bubar di ruang sholat rumahnya, mereka masih mengaji pada Ayah sebagai ustad yang dimana warga-warga memanggilnya pak haji Jalal.

Sebenarnya Ayah tak mau dipanggil pak haji, namun warga sekitar tetap memanggilnya pak haji Jalal.

Selesai Sholat, Mutiara dan Hesti mengaji pada Ayahnya, begitupun dengan Bunda yang sudah selesai mengaji.

"Kurang panjang," tegur Ayah saat Mutiara membaca al-qur'an.

"Iyaaa," Mutiara kembali fokus pada ayat-ayat yang ia baca, tak banyak hanya lima ayat, setelahnya baru giliran Hesti.

Hesti bisa dibilang lebih lancar bacaannya ketimbang Mutiara, Mutiara juga tidak kaget, pasalnya dirinya selalu dan selalu memiliki alasan ketika selesai Sholat, berbeda dengan Hesti yang selalu penurut itu.

"Kak, besok belajarnya ditingkatin lagi," ucap Bunda yang sedari tadi menyimak anaknya yang mengaji pada Ayah.

"Iya Bunda." jawab Mutiara, mau jawab apalagi, memang dirinya kurang baik dalam setiap bacaan al-qur'an.

"Adek mau kemana?" tanya Bunda, masih tetap menggunakan mukenah, dan tasbih yang Bunda pegang.

"Mau ambil hape," jawab Hesti cengengesan. Ia emang tak bisa jauh-jauh dari benda gepeng itu.

"Tunggu isya'."

"Iya, Yah," sahut Hesti.

Mutiara menghela napas, maka dari itu ia lebih betah sholat dikamarnya, tak banyak aturan, tapi begitulah hidup, kalau tidak memiliki aturan bagaimana akan tentran hidup ini.

Berbeda dengan Hesti yang iya iya saja apa kata orang tuanya, namun ia juga sering bohong kok.

****

Setiap mau tidur, Mutiara selalu menatap foto Alfian, haluannya memang tidak usah diragukan lagi, ia harap foto didepannya nanti bisa benar nyata jadi suaminya.

"Kalo ditatap kek gini, bisa gila aku. Gus Alfian, kalo bingung mau nyari menantu buat Ibu atau Umi kamu, aku disini lahir batin siap kok."

"Jihoon, maaf aku berpaling dulu bentar. Soalnya kalo nanti dia emang jadi suami aku, dia juga yang bakal nafkahin kita," sudut bibirnya terangkat membentuk bulan sabit.

"Arggrghhh."

Tidak ada yang ngebaperin, tapi jangan ditanya seberapa baper Mutiara saat ini, udah level brutal, berguling kesana kemari sambil menatap foto Alfian.

"Lucu kali yaa, nanti aku sama Gus Alfian nonton konsernya treasure, definisi suami nganter istri bertemu ayang-ayangnya. Tapi kesannya kek manfaatin Gus Alfian. Tapi enggak juga, aku cinta kok sama Gus Alfian, tapi aku juga sayang sama treasure," ucap Mutiara bermonolog.

Mutiara menatap setiap sudut kamarnya, matanya menyipit menajamkan penglihatannya.

"Jangan sampek kek di tik tok gitu. Para setan di kamar aku lagi gibahin aku."

Tidak manusia tidak setan, semuanya Mutiara su'udzonin. Macam yang nulis saja wkwkwk.

***

Alfian sedang bersama Umi kesebuah nikahan, bukan hanya bersama Umi, tapi lebih tepatnya satu keluarga.

Dia DoakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang