Happy Reading
*
*
*
*Setelah pulang dari makam Eliza, Nenek dan Alfian langsung menghampiri Mutiara yang menggendong Akmal di ruang tengah.
"Udah minum jamu?" tanya Nenek.
"Jamu? Apa nek?"
"Ish, bentar," Nenek kedapur untuk meracikkan jamu, setelah selesai, ia kembali membawa segelas jamu yang berwarna hijau pekat.
"Jus alpukat nek?"
"Mana ada lahiran minum jus, ini jamu, baik buat ibu nifas, dulu nenek pas lahiran abi sama pak lik, dikasih minum ini sama emmak Nenek."
Nenek mengaduk gelas besar yang berisi jamu itu, sangat kental dan keruh, Mutiara meneguk salifanya.
"Nek, itu pait banget pasti."
"Anak muda jaman sekarang, suruh minum jamu pahit, yang manis ya madu."
"Nih, permen biar gak pahit habis minun ini."
"Bused,itu gelas apa gayung, besar banget," Mutiara membatin.
"Ini nenek sengaja bawain dari Jogjakarta ke sini, biar kamu sama bayi kamu sehat."
Mutiara meletakkan Akmal di kasur yang ada di ruang tengah, Nenek memberikan jamu itu pada Alfian.
"Mas, ini serius? Bukan racun kan?"
Alfian menggeleng pelan, "Bukan sayang, ini jamu, baik untuk kesehatan kamu."
Mutiara memegang gelas tersebut, baru mencicipi, rasanya hampir membuat Mutiara mengeluarkan isian di perutnya.
"Uwekkkk, Mas itu pahit banget."
"Diminum! Pahit gitu baik buat ibu nifas," tegas Nenek.
Mutiara menutup mata dan menyumbat hidungnya, membiarkan Alfian yang memegang gelas besar tersebut, meski pahit, Mutiara terus meneguknya, yang penting baik buat dirinya dan bayinya.
"Weekkk," setelah habis, Alfian memberikan air putih pada Mutiara, dan memberikan permen pada sang istri.
Mutiara bergidik ngeri, "Gak lagi minum jamu."
"Ya Allah, anak muda jaman sekarang, Nenek dulu tiap hari minum jamu, enggak ada tuh ngeluh, kamu mau anak kamu ini gak sehat? Umi kalian dulu juga gitu."
Mutiara juga teringat, saat Bundanya melahirkan Hesti, Bundanya juga meminum jamu, dan ternyata masih berlaku bagi anak kalangan Mutiara.
"Mas, boleh diwakili kamu gak?"
"Kan, bukan Mas yang lahiran sayang, masak Akmal Mas yang ngasih ASI, kan kamu."
"Tapi gak selamanya kan Nek?"
"Enggak! Ya tapi nanti kalo kamu lahiran lagi ya pasti minum lagi."
Mutiara meneguk salifanya kasar, satu gelas saja membuat dirinya seperti tersiksa, apalagi tiap hari sehabis lahiran.
***
Salsa dan Ustadz Soleh kini berada di ndalem, alasan kenapa mereka tidak hadir disaat Eliza tiada, karena mereka sedang mendapatkan musibah, bibi dari Ustadz Soleh yang menggantikan peran kedua orangtua Ustadz Soleh meninggal, jadi mereka di kampung mengurus pemakaman dan tahlilan.
Dan kini keduanya tiba di ndalem, untuk menghibur Mutiara, dan juga menjenguknya yang habis lahiran.
"Maaf ya Muti, kita gak bisa dateng."
"Gak papa, aku ngerti kok keadaan kamu Sal."
"Kamu yang sabar ya, pasti berat banget ini buat kamu."
"Iya aku udah coba ikhlasin anak aku, dia udah gak sakit lagi," air mata Mitiara sedikit menetes kala mengingat sang anak perempuannya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dia Doaku
RomanceMutiara Annisa Mukarromah, cewek bar bar yang merubah dirinya setelah jatuh cinta pada sosok Gus yang begitu Alim, dia bernama Muhammad Alfian Maulana. belum pernah jatuh cinta, namun sekali jatuh cinta, cintanya sungguh-sungguh. Tak henti-hentinya...