Part 41

2.3K 63 0
                                    

Happy Reading
*
*
*


Malam harinya, adalah tahlilan untuk Eliza, Yusuf menghampiri Abang dan Kakaknya yang duduk berdua itu.

"Bang.. Tadi pak lik telfon, bilang kalau keluarga Jogjakarta gak bisa datang karena sedang umroh."

"Iya," jawab Alfian singkat, ia tersenyum sekilas pada sang adik, sebelum sang adik meninggalkan mereka berdua.

Alfian mengelus perut buncit Mutiara, dimana sang anak tengah menendang itu.

"Jangan nakal sama Umma yaa sayang... " ucap Alfian sembari mengelus perut buncit Mutiara.

Mutiara ikut mengelus perutnya dengan memegang tangan suaminya yang ada di perut, ia menatap suaminya dengan dalam, menyalurkan rasa duka yang tak bisa di rasakan sendirian.

Alfian tersenyum pada sang istri, ingin memberi ketenangan, meski kacau yang ia rasakan.

"Insya allah akan ada kebahagiaan dibalik duka yang Allah beri sayang... " ucap Alfian, Mutiara menganggukkan kepalanya.

Mutiara memeluk sang suami, mencari kenyamanan dengan bersandar pada dada bidang sang suami, Alfian pun membalas pelukan sang istri.

Tidak ada yang mengganggu, kedua keluarga itu membiarkan Alfian dan Mutiara saling mendukung, bagaimanapun diantara mereka semua, Alfian dan Mutiara lah yang paling tersakiti.

***

Hari ketuju meninggalnya Eliza, tepat setelah acara tahlil selesai, baik Ayah, Bunda dan Hesti pamit pada Mutiara dan Alfian.

Karena hari sudah larut, mereka pun satu persatu mulai ke kamar mereka, begitupun Alfian dan Mutiara yang kini berada di kamarnya, mereka tidak pindah kamar, tetap diatas meski kandungan Mutiara sudah besar, karena permintaan Mutiara, dimana Eliza dulu tidak bisa tidur jika tidak dikamar mereka.

"Mas... "

"Iya sayang?"

Alfian yang tidur miring menghadap ke arah sang istri yang memunggungi dirinya, dengan lengannya yang menjadi bantal sang istri, satu tangannya lagi mengelus perut sang istri, ia pun bangun agar bisa menatap wajah sang istri.

"Pinggang aku sakit.."

"Iya, biar Mas pijit ya, kamu tidur ya.."

Mutiara mengangguk tersenyum, meski kelopak matanya masih sebam karena ia selalu menangisi Eliza.

"Perut aku juga sakit..."

Alfian berhenti memijit, ia menatap wajah sang istri dari samping.

"Kita kerumah sakit ya."

"Sakit dikit kok Mas, gak papa..."

"Bener?"

"Iya... "

Setelah memastikan istrinya baik-baik saja, Alfian kembali memijit sang istri. Dua jam ia memijiti sang istri, namu sang istri juga tidak tidur padahal sudah jam satu malam.

"Ya Allah. Perut aku makin sakit Mas."

"Yasudah kita kerumah sakit, bentar Mas ambil tas dulu."

Alfian pun mengambil tas dilemari, tas yang mereka siapkan jika sewaktu-waktu Mutiara akan melahirkan.

Mutiara menggigit bibirnya, sakitnya kini makin sering dan semakin sakit.

"Mas perut aku sakit. "

"Mas tolong ambilin hijab aku, sama daster panjang Mas," ucap Mutiara, karena ia hanya memakai baju pendek oversize, karena menurutnya sangat nyaman memakai baju tersebut.

Dia DoakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang