Part 34

2.3K 58 0
                                    

Happy Reading

Setelah sepuluh hari lamanya, Mutiara pun pulang ke ndalem, disana ia tampak bersemangat menunggu bayinya yang berada di rumah sang Bunda selama Mutiara di rumah sakit, dan tak menunggu lama, akhirnya Ayah Bunda datang dengan membawa Baby Eliza.

"Sini biar cucu Umi sama Umi," pinta Umi pada Bunda yang menggendong Eliza.

"Ini mbak, selama dirumah anteng banget Eliza."

"Ututuuuu, krasan ya dirumah Eyang ya?" ucap Umi pada bayi perempuan yang tidak tidur itu.

"Coba sini, Abi pengin gendong cucu Abi juga," Mutiara dan Alfian sangat bahagia melihatnya, meski hanya cucu angkat, namun keluarga mereka nampak sangat menerima kehadiran Eliza.

"Loh loh loh, gak inget yang mau pulang, dirumah Eyang terus," kini abi yang mengajak Eliza berbicara.

"Bi, kalau kedengeran Hesti bisa murka dia," ucap Alfian.

"Loh kenapa?" tanya Abi bingung.

"Hesti gak mau kalau rumahnya tidak dianggap rumah kakaknya juga, makanya setiap kakaknya kerumah dia selalu bilang bagus! Gak ingat kalau punya rumah, gak ingat yang mau pulang," sahut Bunda yang mendapat gelak tawa disana.

"Waah, baru tau Umi."

"Bisa-bisa kita gak cepet masuk karena diomelin Hesti," sambung Mutiara.

"Kok gak dibawa Hestinya kesini, gemes deh dengerinnya."

"Lagi latihan buku tangkis anaknya mbak, mau tanding lagi bulan depan," sahut Bunda.

"Hebat sekali anak itu," Umi memainkan pipi Eliza yang hampir terlelap itu.

Dua keluarga itu pun bercerita dengan bahagia sambil menyambut kehadiran Eliza yang sebentar lagi bakal ada acara akikah untuk Eliza, dan berencana akan digelar di rumah Bunda, mengingat dari permintaan Hesti yang tidak mau jauh-jauh dari sang ponakan tersebut.

***

Seharian, Mutiara tidak bertemu dengan Nenek, tidak rindu, justru ia merasa sangat lega, namun setelahnya ia kembali mendesah, setelah ia melihat sang nenek mertua datang dengan Ustadzah Aisyah.

"Assalamualaikum... "

"Waalaikum Salam," jawab Mutiara dan Alfian di ruang tengah dengan Eliza yang digendong Yusuf.

"Anaknya siapa itu?" tanya Nenek, padahak ia sudah tahu, tapi masih saja bertanya, mancing emosi saja.

"Kalau Yusuf bilang ini anak Yusuf, nenek percaya gak?" tanya Yusuf.

"Istri belum punya," cibir nenek yang menghampiri Yusuf.

"Coba liat, biar nenek gendong."

Nenek mengambil alih Eliza dari gendongan Yusuf, baru saja dipindah, tapi Eliza langsung menangis, dan Alfian pun segera mengambil alih anaknya itu.

"Kalau mau nimang cicit, baca bismillah, biar gak nangis, anak kecil aja tahu mana yang tulus mana yang enggak," jangan ditanya mengapa Yusuf berkata seperti itu, rupanya, pembicaraan Mutiara dan sang nenek itu juga didengar oleh Yusuf, namun ia memilih diam, membiarkan sang pemilik rahasia saja yang membongkarnya.

"Kamu ini, sama nenek gak ada sopannya sama sekali."

"I'm sorry," ucap Yusuf dengan enteng, ia ikut sakit hati dengan perkataan neneknya pada Mutiara tempo hari hingga sang kakak ipar masuk rumah sakit.

"Kamu gak pernah di didik sama umi kamu ya?"

"Didik kok nek!"

"Kurang ajar bener jadi anak kecil."

Dia DoakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang