Part 38

2.2K 70 1
                                    

Happy Reading
*
*
*
*

Belum juga satu hari merayakan anniversary ke satu tahun, kini Mutiara kembali sakit, entahlah sepertinya imunnya memang sedang lemah.

Sedari tadi Mutiara muntah-muntah, bahkan wajahnya sampai pucat, namun Eliza tetap tidak mau pada siapapun kecuali sama Mutiara , bahkan pada Alfian pun tidak mau.

"Nak, sama Abba dulu ya, kasihan umma."

Alfian hendak mengambil alih Eliza, namun Eliza malah membanting badannya kesana kemari, membuat Mutiara hampir saja terjatuh. Alfian sangat kasihan pada sang istri yang sangat lemas itu.

"Gak papa Mas."

Eliza terus menangis, ia sangat rewel, mungkin faktor tumbuh gigi, ditambah badannya yang sedikit demam, membuat Mutiara tak tega.

Meski dirinya sedang lemas, Mutiara tetap menggendong sang anak, mendekap kesana kemari, agar sang anak berhenti menangis.

"Mau sama tante?" Hindun yang mendekati Mutiara dan Eliza membuat Eliza tambah kencang tangisnya. Padahal selama ini Eliza tidak pernah pilih-pilih, pada siapapun ia selalu mau, bahkan pada mbak santri yang membantu masak di dapur pun ia mau, kadang juga dibawa ke asrama, namun kali ini Eliza sangat rewel.

Di keningnya sudah beri plaster penurun demam, meski demamnya sedikit turun, namun Eliza tidak mau diganti pada siapapun, ia tetap mau digendong sang Umma, meski tidur ia tidak mau tidur dikasurnya, alhasil membuat keluarga ndalem iba pada Mutiara yang sedang sakit itu.

"Ning Eliza kenapa Umi?" tanya Aisyah, ia tidak tega mendengar Eliza yang sedari tadi sehabis magrib hingga sekarang jam delapan malam yang terus menangis.

"Mau tumbuh gigi, juga demam nak, gak mau diganti gendong ke yang lain," jelas Umi.

"Mau sama Abi, ayok nak," Kini Abi yang mencoba membujuk sang cucu itu, namun nihil tetap saja tidak mau.

Bahkan, Yusuf pun yang sering main dengannya juga tidak dilirik sama Eliza.

"Gak papa sudah, nak. Enggak, Eliza tetap sama Umma, jangan nangis lagi ya."

Meski sedang lemas, Mutiara memaksa menggendong dan menghibur sang anak, ia membawa kesana kemari, membawa sang anak berjalan sambil mendekap membuat Eliza nyaman dalam pelukan sang Umma itu. Tapi ketika hendak diletakkan di kasur Eliza kembali menangis.

"Ya Allah," setiap Mutiara berjalan, dibelakangnya selalu ada Alfian.

"Ayok nak sama Abba," dengan paksa Alfian mengambil alih sang anak, karena ia begitu khawatir dengan keadaan sang istri, namun setelah berada di dekapan sang Abba membuat Eliza menangis dengan keras, keluarga ndalem yang dari tadi duduk di ruang tamu kini berlari menuju teras, untuk memastikan Eliza yang sedang menangis.

"Mas.. "

Mutiara kembali menggendong sang anak, menggunakan gendongan bayi itu, Eliza sesegukan membuat Mutiara tak tega dan menitikan air mata.

"Cup cup cup, anak Umma gak boleh nangis. Maafin Abba ya, Abba nakal sama Eliza ya nak ya."

Mutiara pun bingung dengan anaknya ini, sudah di kasih susu, disuapin, di periksa, namun sang anak tetap rewel.

Merasa mulai nyaman kembali, Mutiara duduk di sofa teras rumah, yang juga ditemani sang suami di belakangnya yang memijit bahu Mutiara.

Dan alhamdulillah, Eliza kini tertidur dalam dekapan sang Umma, Mutiara mengamati wajah chubby sang anak, ia kembali menitikan air mata, ia mencium lama pipi sang anak yang hangat itu.

Dia DoakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang