Part 42

2.3K 53 0
                                    

Happy Reading
*
*
*
*

"Akmal Firdaus Maulana," ucap Alfian pada Mutiara.

"Akmal sayang," ucap Mutiara setelah sang suami memberi nama bayi laki-laki tersebut dengan nama Akmal Firdaus Maulana.

Karena acara akikah Eliza dulu di rumah Ayah, sekarang acara akikah Akmal di pesantren.

Dengan mengundang beberapa kerabat, guna mendoakan yang terbaik untuk Akmal.

Setelah acara selesai, dan kembali kerumah masing-masing, yang hanya terdiri dari keluarga inti saja, mereka berkumpul di ruang keluarga bersama, tentunya ada Nenek disana, yang baru saja datang umroh.

"Mana cicit nenek?"

Mutiara pun memberikan Akmal pada Nenek dengan pelan, setelah mengecup sang cicit, Nenek kembali memberikan Akmal pada Alfian, lalu ia menangis di ruang keluarga itu.

"Kenapa Nek?" tanya Mutiara.

"Kenapa gak bilang kalau Eliza sakit? Gak ada yang ngasih tahu nenek, satu pun diam, nenek bisa undur kepergian nenek buat umroh, tapi buat bertemu sama Eliza? Gak bisa,"

Meski Mutiara suka dibikin kesal dengan sang nenek mertua, ia tetap menghormati sang nenek mertua itu, ia menghampiri sang nenek, dan dipeluknya dengan erat.

"Sabar, Nek. Kita ikhlasin Eliza, dia udah gak sakit lagi."

"Abdullah, kamu tega sama ibu. Kamu gak telfon ibu, kamu anggap ibu ini apa, kenapa kamu gak telfon ibu kalau cucumu itu sakit."

Mereka semua terdiam dengan ucapan Nenek, setelah nenek mulai reda tangisnya, barulah Mutiara melepaskan pelukannya.

"Alfian, Nenek mau ke makam Eliza, antar nenek sekarang!"

"Besok Nek, sudah malam nek, besok saja."

Nenek yang notabenenya memang penakut, ia pun nurut saja dengan ucapan sang cucu itu.

"Besok pagi-pagi, awas gak nganterin nenek, kalian semua nenek hukum keliling pesantren."

"Nek, aku baru lahiran loh."

"Kamu pengecualian!" ucap sang nenek. Nek, bilang saja kalau udah sayang sama Mutiara, gak usah sungkan gitu.

***

Tepat jam tiga pagi, saat Alfian melaksanakan sholat tahajud, Akmal terbangun dan menangis, Alfian melirik ke arah sang istri yang baru saja tidur, ia segera mendekati baby box itu, melihat sang anak yang menangis.

"Basah rupanya."

Alfian mengganti popok Akmal, namun setelah diganti, Akmal juga tidak mau tidur dan tetap menangis, terpaksa ia membangunkan sang istri guna menyusui sang anak itu.

"Sayang bangun."

"Kenapa Mas?" tanya Mutiara.

"Akmal haus."

Mutiara meregangkan otot-ototnya, ia pun duduk menyandarkan badannya pada kepala ranjang, ia menerima Akmal dan mulai menyusui itu.

"Bismillahirrohmanirrohim... " ucap Mutiara saat Akmal hendak menyusu, Alfian melihat sang istri sangat bahagia.

"Sayang."

"Kenapa Mas?"

"Terima kasih."

"Buat?"

"Semuanya, meski dalam keadaan sakit, lelah. Kamu gak pernah ngeluh dalam mengurus anak-anak."

"Udah jadi tugas aku sebagai Ibu mereka Mas."

Dia DoakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang