Part 22

2.9K 73 0
                                    

"Kakaaaaaaak."

Hesti dengan antusias menarik Mutiara ke kamarnya, bahkan ia sengaja mengunci pintu kamarnya agar tidak ada yang menganggu.

"Kangan kan? Makanya jangan sok nekat ninggalin adek cantiknya ini."

"Idih apaan sih," Mutiara menarik kerudungnya, ia melihat kamar Hesti yang...  tunggu! Kedua mata Mutiara menyipit kala ada foto Jihoon yang terpasang di antara foto Junghwan.

"Kamu ngapain pajang foto jihoon?"

"Yaelah kak, kakak kan udah nikah, masak iya suaminya mau diduain."

"Gak! Gak boleh dong, dulu aja kakak oleng sama Junghwan kamu bete."

"Ya aku pikir sekarang kakak udah berhenti bucinin Jihoon, karena kakak udah bisa ngegapai Kak Alfian."

"Biar kamu gak lupa, yang bikin aku bahagia sebelum Alfian ya Jihoon, berkat dia nih kakak gak ada mantan."

"Yaudah lah kak, ikhlasin aja cuman satu foto, itu sebagai pertanda juga kalau mereka iparan, Jihoon milik kakak, Junghwan milik aku."

"Bener ya?" Mutiara menatap dalam manik Hesti.

"Iya kak."

"Terus apa lagi yang bertambah disini?"

Mutiara menyipitkan matanya, mempertajam penglihatannya pada kamar adik satu-satunya ini. Eh ada Hindun dan Yusuf, tapi mereka ipar, tapi mereka juga adik, tapi yang kandung cuman Hesti, tapi gak boleh beda-bedain, tapi beda.

"Kemarin Bunda beliin album. Bentar," Hesti meraih dua Album yang sama, "Ini punya aku, ini punya kakak, nanti pajang gih dikamar sini tapi, jangan di kamar kakak yang disana."

"Iya, daripada sok pesesif gitu mending ngedrakor."

"What? Posesif? Bayangin aja kak, kita udah lama bersama, terus kakak ninggalin aku sendirian? Gak ada yang rela berpisah kak."

Mutiara menghela nafas, ia mengerti Hesti masih kecil dan pemikirannya belum matang, maka ia iyain saja perkataan Hesti. Nanti juga Hesti bakal mengerti sendiri.

Selesai Sholat isya' Mutiara dan Alfian pamit untuk ke ndalem, kata Hesti tidak boleh pamit pulang karena rumah mereka juga disini yang di tempatin ayah bunda, jadi mereka pamit untuk pergi ke ndalem.

"Besok jangan lupa balik kesini lagi, rumah kalian juga ini."

Bunda langsung saja menyenggol anak bontotnya, mulutnya tidak bisa dijaga, membuat Bunda geram.

Alfian sangat mengerti perasaan Hesti, ia juga iba pada Hesti yang pasti merasa sangat kesepian, jadi sebisa mungkin ia akan berlaku adil pada adik-adiknya ini.

"Iya, nanti Kakak sama Kak Mutiara pasti balik kesini, kamu mau nitip apa?"

"Album deh kak."

"Heh dikasi hati minta jantung."

"Dih, bilang aja iri kan karena banyakan aku albumnya."

"Iya nanti kakak belikan untuk Hesti, sekarang kakak ijin bawa Kak Mutiaranya ke ndalem dulu."

"Iya hati-hati kakak.... "

Setelah keduanya dijalan, Alfian sesekali melirik istrinya yang memainkan ponselnya.

"Hesti kesepian ya."

"Ya gitu deh, dari dulu kan aku selalu bareng sama dia."

"Jadi pengin kasih dia ponakan lucu biar dia gak kesepian."

Tuh kan kesana lagi. Mutiara dibuat gugup jika membahas itu, mengingat ia belum siap dan Alfian juga tidak memaksa.

Mutiara menyibukkan diri, dengan memainkan ponselnya, dimana disana terdapat foto dan video biasnya yang melewati beranda twitternya. Tolong ingatkan Mutiara kalau dia sudah bersuami dan suaminya adalah orang yang selalu ia pinta dalam doanya.

Dia DoakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang