Part 21

3K 69 0
                                    

Happy Reading
*
*
*
*

Alfian memarkirkan mobilnya di garasi, ia tidak langsung keluar, ia menatap kedua bola mata istrinya yang merah dan sebam, tangannya terangkat mengelus pucuk kepala Mutiara.

"Maaf... " satu kata yang muncul dari Alfian.

Mutiara menggelengkan kepalanya pelan, "Mas gak salah... Kok minta maaf?"

Senyum Alfian mengembang, kala mendengar istrinya memanggil dirinya dengan sebutan Mas, "M-mas?"

Mutiara menganggukan kepalanya, "Katanya suruh manggil mas," Mutiara memanyunkan bibirnya.

"Saya suka dengarnya, yaudah kita turun yuk," ajak Alfian, ia membuka sabuk pengamannya itu, dan bergegas membuka pintu sebelum Mutiara membuka pintu mobil.

Alfian membukakan pintu untuk Mutiara yang berhasil membuat Mutiara salah tingkah.

Alfian membawa koper dan juga tas milik Mutiara, membawa serta istrinya masuk ke ndalem yang disambut hangat oleh keluarga ndalem.

"Yaudah, langsung istirahat aja ya, kasian Nak Mutiara nanti capek," ucap Umi dengan lembut setelah memeluk menantunya sebagai penyambutan itu.

"Eee Hindun yang temenin ya Umi."

"Lah kamu ngapain? Ganggu aja, kamu sama Abang aja," ucap Yusuf.

"Tapi Hindun pengin lebih dekat sama Kak Mutiara."

Ah! Melihat sikap Hindun, Mutiara malah teringat adiknya di sana. Baru saja ia berjauhan dengan Hesti, sudah rindu saja pada adik bontotnya.

Setelah memasuki kamarnya dengan perdebatan terlebih dahulu antara Alfian, Yusuf, dan Hindun, akhirnya Mutiara kini bersama Alfian di dalam kamar.

Alfian membantu Mutiara membereskan barang-barangnya yang hampir menyita sebagian tempat milik Alfian, namun Alfian tidak masalah akan hal itu.

"Sepertinya lemari ini perlu diperbaharui buat kita berdua," Alfian menatap lemarinya kini terisi penuh setelah kedatangan barang Mutiara.

Mutiara mengernyitkan dahinya saat melihat isi lemari yang hampir 75% adalah miliknya.

"I-ini punya aku semua?" padahal lemari Alfian bisa dikatakan lebar dan tinggi, cukup luas, namun mungkin barang-barang Mutiara-lah yang terlalu kebanyakan, padahal di rumahnya masih banyak barang-barang yang belum ia bawa.

"Ada punya mas juga, tapi punya kamu lebih banyak," ucap Alfian mengelus pipi Mutiara. Mentang-mentang halal.

"Aku mau nata make up, boleh numpang meja rias kamu?" tanya Mutiara hati-hati.

Alfian tersenyum, ia memegang kedua bahu istrinya, "Semua yang Mas punya adalah milik kamu, jadi kamu gak perlu ijin."

"Yaudah, Mas bantu ya," Mutiara menganggu.

Di meja rias, minyak rambut, parfum, roll on dan hand body milik Alfian lagi-lagi seperti tersingkirkan dengan kedatangan make up milik Mutiara.

"Ini gimana cara makenya?" tanya Alfian yang duduk di kursi meja rias, sambil menatap Mutiara yang menata skin carenya.

"Y-ya dipake," Mutiara gugup kala suaminya menatap dirinya dengan intens.

"Udah semua? Buku-buku kamu udah Mas letakkan di meja, jadi kamu kalau mau belajar tinggal ambil aja. Atau mau Mas ambilin juga gak papa, tinggal bilang Mas minta tolong ambilkan buku, dengan senang hati Mas bakal bantu."

"Iya... " jawab Mutiara singkat.

***

Setelah selesai subuh, mata Mutiara tak bisa ditahan, karena sebuah tugas yang membuatnya tidur hingga larut, Alfian sudah menawarkan diri ingin membantu Mutiara, namun Mutiara berkata Gak papa, Mas tidur aja.

Dia DoakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang