Part 25

2.8K 72 1
                                    

Selamat membaca
*
*
*
*
Warning!
Sebelum membaca, Mbak Orenji mau bilang, minta maap yang banyak buat readers yang jomblo, mbak orenji juga jomblo, jadi mari nikmati cerita ini dengan menggigit kuku ibu jari

*
*
*

"Kamu gak papa Aisyah?" tanya Ustadzah Silvi saat mendapati sahabatnya sedang menangis.

Ustadzah Aisyah kaget, ia pikir Ustadzah Silvi sudah tidur, ternyata pikirannya salah.

"Boleh kok kamu cerita, masalah Gus Alfian?"

Ustadzah Aisyah mengangguk, ia masih belum bisa melupakan mantan tunangannya itu, ia berpikir apakah tindakan di masa lalunya salah karena sudah melepaskan lekaki baik seperti Alfian.

"Kamu yang sabar ya, insya allah, Allah sudah menyiapkan lelaki terbaik buat kamu."

"Apa aku salah melepaskan Gus Alfian?"

Ustadzah Silvi menggelengkan kepalanya pelan, "Lebih baik kita melepaskan daripada kita mendapatkan tapi dia tidak mencintai kita."

"Saat melihat Ning Mutiara, hati aku sakit Sil, tapi aku juga tidak bisa berbuat apa-apa."

***

Kedua insan yang sedang sholat isya' berjamaah sedang khusyuk meski hujan begitu lebat di desa tersebut.

Setelah sholat, Mutiara dan Alfian mengaji bersama, sesekali Alfian membenarkan bacaan Mutiara yang belum sempurna itu.

Dilirik jam menunjukkan pukul sembilan, kedua mata Mutiara memaksa untuk tidur, biasanya dia bisa tidur sampai jam satu lebih, namun karena tidak tidur siang sehingga jam sembilan pun kantuk melanda.

Namun bukannya tidur, Mutiara malah dibuat tidak karuan oleh perbuatan Alfian yang rupanya memberi kode ingin bermanja-manja dengan sang istri itu, Mutiara pun memaksakan diri membuka mata, hingga kini kantuknya sudah hilang entah kemana.

"Dingin," ucap Alfian sambil menatap kedua bola mata istrinya yang menghadap ke arahnya.

"Iya Mas, diluar kan hujan, apalagi ini di desa pasti lebih sejuk daripada di kota."

Alfian mengangguk sambil tersenyum, ibu jarinya kini mengusap lembut bibir istrinya, Mutiara sudah mengerti akan jalan pikiran suaminya ini. Ia akan mencoba, toh sudah halal, sampai kapan lagi ia harus menahan suaminya ini.

"Sayang. Mas menginginkan kamu, boleh?" tanya Alfian dengan suara beratnya.

Mutiara mengangguk saja, ia hanya ingin meraih ridho Allah, tak ingin menjadi istri durhaka, apalagi dilaknat malaikat sampai subuh karena menolak ajakan suaminya.

Cup

Kedua benda kenyal itu menyatu, Mutiara memejamkan matanya, membiarkan Alfian memimpin semuanya, sesekali Mutiara melumat bibir merah muda suaminya itu.

Alfian tersenyum, mendapati istrinya yang memejamkan matanya, perlahan ia mencium kening Mutiara cukup lama, beralih pada kedua mata istrinya, pipi, hidung dan kembali pada bibir ranum istrinya itu.

"Bismillahi Allahumma Jannibnassaytoona Wajannibissaytoona Ma Rozaqtana."

"Insya Allah, doa tersebut bakal kita baca dan amalkan sesering mungkin."

Wajah Mutiara bersemu setelah mendengar ucapan Alfian. Alfian pun dibuat gemas akan Mutiara.

Setelah membaca doa tersebut, Alfian meminta izin untuk melakukan hal lebih pada Mutiara, dan Mutiara pun mengijinkan hal tersebut yang menjadi hak suaminya.

Dia DoakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang