Part 48

2.1K 62 3
                                    

Yuk bantu ramein jangan lupa vote dan komen

Selamat membaca

*
*
*
*
*

"Sayang, kamu duluan ya, mas mau ke musholla sebentar," ucap Alfian.

"Yasudah Mas."

Alfian segera ke musholla untuk sholat dzuhur, dan Mutiara yang sudah sholat dirumah, sehingga tidak ikut ke musholla, ia memilih ke ruangan nenek.

Baru akan membuka pintu, Mutiara tidak sengaja mendengar ucapan mertuanya di dalam ruangan tersebut bersama sang nenek mertua.

"Ibu takut Maryam, kalau ibu tiada tapi ibu tidak bisa memenuhi janji ibu."

"Ibu, itu janji masa lalu, Alfian sudah menikah, kasian istrinya." ucap abi.

"Ya Allah, hamba harus apa, kasihan nenek, menanggung janji tersebut, tapi hamba juga tidak mau di poligami Ya Allah," batin Mutiara

Tanpa permisi, air mata Mutiara menetes melewati pipi mulusnya.

Lama Mutiara berada di depan pintu hingga Alfian selesai sholat, Alfian melihat istrinya yang masih belum masuk keruangan tersebut.

"Sayang."

Mutiara yang menyadari itu, ia segera menghapus air matanya dan berbalik menatap sang suami yang berada di belakangnya.

"Eh, Mas sudah selesai sholatnya?"

"Iya sudah, kamu kok belum masuk?"

"Iya, aku baru nyampek juga, tadi kesasar nyari ruangan nenek, Mas."

"Mata kamu kenapa sayang, kok merah? Kamu habis nangis? Kamu kenapa?"

"Enggak papa mas, siapa juga yang nangis, tadi kelilipan jadi aku kucek deh."

"Mana sih yang kelilipan, sini biar tiup."

Alfian mendekat dan meniup pelan kedua mata istrinya, "Dah, jangan dikucek lagi ya."

"Makasih mas, iya gak aku kucek lagi."

Keduanya masuk setelah mengucapkan salam, melihat sang nenek yang sudah membaik membuat Alfian dan Mutiara lebih lega perasaannya.

"Yusuf sama hindun gak ikut umi?" tanya Alfian.

"Enggak nak, mereka nyusul habis ini."

"Akmal sama siapa nak?"

"Akmal dirumah bunda, abi," sahut Mutiara.

"Kangen sekali abi sama Akmal, sepi gak ada dia."

"Balik lagi ke ndalem nak," ucap nenek yang memakai selang oksigen itu, Mutiara yang melihatnya pun tak tega.

"Iya nek," Mutiara duduk di sebelah nenek, saat Umi berdiri memberi isyarat agar Mutiara yang duduk.

"Nak, Umi sama abi pamit dulu ya, titip nenek."

"Iya umi."

"Biar Alfian sama istri Alfian yang jaga nenek dulu, Abi sama Umi kalau mau pulang."

"Abi titip nenek ya, nak."

Setelah pamit, abi dan umi keluar dari ruangan yang diantar oleh Alfian ke parkiran rumah sakit, dan meninggalkan Mutiara berdua dengan nenek.

"Nak, gimana?"

"Aku belum bilang sama Mas Alfian nek."

Tidak seperti biasanya, nenek hanya diam,  tidak berniat memaksa lagi.

Dia DoakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang