Part 29

2.4K 70 0
                                    

Selamat membaca ✈
*
*
*

Rupanya tempat ternyaman Mutiara kini bukan lagi di ndalem, tapi di kelas, ia lebih menghabiskan waktu mengajar, karena di ndalem sama saja ia mencari penyakit, dimana perkataan yang menyakitkan selalu ia terima dari seorang Nenek Aminah.

Mutiara bukan hanya kesal pada Nenek, namun ia juga kesal pada suaminya yang tidak mau menjelaskan, bagaimanapun Alfian tidak tahu kalau Mutiara dulu sempat menyukai dirinya dan tahu kalau dirinya dijodohkan dengan Ustadzah Aisyah, sehingga yang Alfian tahu, Mutiara tidak mengerti akan masa lalunya dengan Ustadzah Aisyah, dan Mutiara butuh penjelasan langsung dari suaminya.

Istirahat selesai, Mutiara kini tidak ada jadwal mengajar, sehingga ia menghabiskan waktu di kantor atau ruang Ustadzah.

"Lapar lagi," lirih Mutiara.

"Mau pulang? Gak ah nanti ketemu nenek-nenek, capek, tapi gak pulang lapar, gininih kalo lagi pms bawaannya pengen makan terus."

Mutiara beranjak dari kursinya, ia akan ke toko milik pesantren itu untuk membeli makanan ringan, toko yang mirip seperti minimarket.

Baru keluar dari ruangan tersebut, Mutiara harus bertemu dengan sang suami yang menebar senyum untuknya, beruntunglah di sana ada Ustadz Soleh, sehingga Mutiara dengan terpaksa tersenyum balik.

"Mau kemana?" tanya Alfian.

"Mau ke toko Mas," jawab Mutiara berusaha biasa saja, ia tidak mau orang-orang curiga kalau dirinya tengah ingin mendiami suaminya itu.

"Assalamualaikum.. " setelah mengucapkan salam, Mutiara pun undur dari hadapan Alfian dan Ustadz Soleh.

"Eh, Ning. Ada yang bisa saya bantu?" tanya santri yang bertugas menjaga toko tersebut

"Ada air panasnya kan?" tanya Mutiara.

"Ada Ning, mau buat teh? Kopi?"

Mutiara mengitari rak di toko tersebut, ia meraih mie yang berada dalam cup, ia meminta air panas tersebut, dan dituangkan ke dalam mie tersebut.

Tak perlu menunggu lama, ia duduk di dekat santri itu dan mulai melahap mie yang ia seduh.

"Kamu mau? Saya deh yang traktir," ucap Mutiara.

"Tidak Ning, saya sudah kenyang."

Mutiara meraih beberapa camilan, disana mereka hanya berdua, jadi Mutiara membagi camilan tersebut pada santri yang bertugas menjaga toko.

"Makan aja gak usah sungkan."

Dengan terpaksa santri tersebut memakan untuk menghargai Ningnya itu.

"Saya jadi ingat, dulu pas di kantin, sering banget makan berdua sama temen saya, jadi kangen masa sekolah."

"Ning dulu sekolah di mana?"

"Saya di SMA, kalo lagi males sama pelajaran, saya kadang ke UKS, kadang ke kantin. Tapi ijinkan pusing, biar gak dicariin."

"Trus gimana kata gurunya, Ning?"

"Ya gimana? Kan ijin pusing."

"Iya juga sih."

"Ning, tumben-tumbenan kesini?"

Mutiara meraih teh dalam botol didepannya dan segera meneguk setelah mienya tandas, "Pengin aja, kangen masa-masa sekolah."

"Udah kenyang, saya balik dulu ya, buat yang tadi," Mutiara menyodorkan uang satu lembar seratus ribuan.

"Bentar Ning kembaliannya."

Dia DoakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang